KOMPAS.com - Kejayaan Persia pada masa lalu masih terasa kuat dalam setiap warisan sejarahnya hingga saat ini.
Seni arsitektur berkualitas tinggi menghiasai seluruh bangunan, seperti yang digambarkan arch2o.com, situs yang memuat beragam interior dan desain di berbagai penjuru dunia.
Keajaiban-keajaiban arsitektur ini sebagian besar muncul pada masa Dinasti Safawi, ketika Isfahah menjadi ibu kota Persia.
Dinasti yang bermula dari gerakan tarekat ini mencapai kejayaannya di bawah pemerintahan Abbas I.
Kemajuan dalam berbagai bidang antara lain, politik, ekonomi, ilmu pengetahuan, dan budaya pun berhasil dicapai.
Arsitektur Persia pada perode awal modern (1500-an sampai 1800-an), menampilkan elemen arsitektur yang memukau, seperti lengkungan runcing, pahatan stalaktit atau yang dikenal dengan "Muqarnas", dan kubah bulat dengan dekorasi bunga.
Baca juga: Rekor Baru, Minaret Masjid Aljazair Tertinggi di Dunia
Di Isfahan, arsitektur megah tersaji dalam bangunan Masjid Isfahan. Dominasi warna biru dengan motif geometri memberi kesan tersendiri bagi pengunjung.
Goresan kaligrafi dengan jenis khat tsulusi juga tampak dalam beberapa bagian bangunan masjid.
Dua masjid lain yang menampilkan arsitektur khas Safawi adalah Masjid Shah dan Sheikh Lotfollah. Kedua masjid tersebut terletak di pusat kota Isfahan, yaitu alaun-alun Naqsh-e Jehaan.
Istana Chehel Sotoun, yang menjadi tempat untuk menerima dan menjamu tamu Shah Abbas II, juga menampilkan gaya arsitektur unik.
Nama Chehel Sotoun memiliki arti 40 tiang. Jumlah itu berdasarkan pada 20 tiang yang ada di pintu masuk dan menjadi berlipat ganda akibat air kolam di depan tiang-tiang itu.
Selain masjid dan istana, bekas ibu kota Dinasti Safawi itu juga menyimpan warisan lain berupa pasar Isfahan dan jembatan Allahverdi Khan, tentu saja dengan gaya arsitektur tinggi.
Dari Isfahan, kita beralih ke Teheran. Ibu kota Iran ini juga menyimpan sejumlah bangunan lama yang kaya akan arsitektur Islam, seperti Istana Golestan.
Istana Golestan berarti istana bunga. Istana tersebut menjadi kediaaman raja bagi Dinasti Qajar yang berkuasa pada abad ke-19.
Dinasti Qajar juga memiliki warisan lain di kota Shiraz, Masjid Nasir al-Mulk misalnya.
Masjid ini juga dikenal sebagai Masjid Merah Muda yang khas akan warna-warni kacanya. Cahaya yang masuk melalui jendelanya, menghasilkan perpaduan warna reflektif yang indah.
Selain Masjid Nasir al-Mulk, Masjid Shah Cheragh juga menyajikan arsitektur yang luar biasa.
Masjid yang menjadi tempat bersemayamnya putra-putra dari Imam Syiah ketujuh itu didominasi oleh ornamen-ornamen yang berwarna hijau yang berkilauan.
Pemandangan yang tersaji ketika memasuki masjid tersebut sama seperti pemandangan langit yang dipenuhi oleh kilaun bintang.
Tak hanya warisan-warisan bangunan yang bercorak Islam, Iran juga menyimpan sejumlah situs bersejarah peninggalan pra-Islam.
Bahkan beberapa di antaranya termasuk ke dalam situs warisan dunia.
Meski demikian, situs-situs tersebut tidak memiliki kepastian dalam hal restorasi.
Dilansir dari situs archdaily.com, seorang arsitek Iran bernama Mohammad Hassan Forouzanfar mencoba merancang tengara dari gabungan situs-situs bersejarah dan arsitektur modern.
Hasil dari perpaduan itu kemudian menghasilkan gaya restorasi arsitektur baru yang patut diperhitungkan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.