Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sekjen ATI Khawatir Aksi Avonturir Terkait Maraknya Divestasi Tol

Kompas.com - 22/07/2019, 14:52 WIB
Dani Prabowo,
Hilda B Alexander

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Sekretaris Jenderal Asosiasi Jalan Tol Indonesia (ATI) Krist Ade Sudiyono mengingatkan pentingnya menjaga kelangsungan bisnis jalan tol di Tanah Air.

Tak hanya dalam proses pembangunannya, tetapi juga pada saat divestasi. Menurut dia, baik pemerintah, developer, maupun investor memiliki peran penting untuk menjaga kelangsungan bisnis ini.

"Jangan sampai ada avonturir (pengelana) deh," kata Krist di Jakarta, Jumat (19/7/2019).

Pernyataan tersebut untuk menanggapi maraknya aksi divestasi saham tol yang dilakukan perusahaan pelat merah.

Baca juga: Dampak Masa Konsolidasi, Banyak Tol yang Dijual

Menurut dia, hal itu wajar dilakukan perusahaan BUMN yang memang pada dasarnya core business-nya bukan industri pengelolaan jalan tol, melainkan hanya developer.

Sebut saja PT Waskita Karya (Persero) Tbk yang berencana melepas kepemilikan saham ruas Tol Solo-Ngawi dan Ngawi-Kertosono kepada investor asal Hong Kong.

Hal serupa juga dilakukan PT Wijaya Karya (Persero) Tbk yang melepas sahamnya di ruas Tol Surabaya-Mojokerto kepada Astra Infra.

"Sekarang developer-developer BUMN karya tadi, mereka kan bukan fokus di industri ini. Harusnya hal ini bisa ditangkap oleh financial investor," cetus Krist.

Krist mencontohkan avonturir yang dia maksud adalah perseroan yang telah mendapatkan hak konsesi untuk membangun sebuah jalan tol, namun pada akhirnya tidak menjalankannya.

Sebaliknya, perseroan tersebut justru menjual hak konsesi yang dimiliki kepada perusahaan lain.

Baca juga: Waskita Lepas Saham Tol Solo-Ngawi-Kertosono ke Hong Kong

"Ini yang kami bersama BPJT (Badan Pengatur Jalan Tol) selalu bilang, mari jagain," ujarnya.

Menurut Krist, divestasi bisnis jalan tol maupun sektor lainnya merupakan sebuah hal yang wajar. Dengan adanya divestasi, maka portofilio infrastruktur jalan tol semakin berkembang.

Tentunya, hal ini akan membuat bisnis di sektor ini semakin matang. Dengan begitu, peluang untuk menggaet calon investor baru pun akan semakin besar.

"Kalau sudah mature kan muncul investor-investor baru, tidak melulu equity holder. Bisa saja security holder, bond holder. Ini instrumen yang cocok buat passive investor, bukan hanya pension fund tapi juga ritel. Katakanlah DINFRA, crowdfunding kan. Ketika masa konsolidasi, munculah alternatif investasi," pungkasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com