Untuk itu, dia berharap ke depannya masyarakat dan komunitas yang memiliki keresahan yang sama bersama-sama memberikan sumbangsih ide.
Misalnya menciptakan instalasi yang tak hanya menarik namun juga membawa nilai-nilai kultural yang mengangkat budaya lokal.
Secara arsitektur, munculnya instalasi dan signage yang sedang tren ini menurut arsitek Aditya W Fitrianto, tidak memberikan sumbangan apa-apa khususnya untuk kemajuan arsitektur di negeri ini.
"Semoga hal ini tidak berulang dan menjadi tren wisata di provinsi-provinsi lain," ujarnya.
Namun jika dilihat dari kacamata pariwisata, jika ingin mengembangkan anjungan dan instalasi modern khususnya dari negara lain bisa membuat taman wisata khusus.
Baca juga: Dua Karya Arsitektur Indonesia Masuk Nominasi Aga Khan Award 2019
"Ide taman mini untuk kepentingan wisata sebenarnya menarik, tinggal temanya yang perlu cerdas," ucap Aditya.
Dia memberi contoh seperti di Taman Mini Indonesia Indah yang menyajikan kumpulan khazanah arsitektur tradisional dari setiap daerah di Indonesia.
Ada pula miniatur kumpulan kota di dunia seperti di Volendam di Belanda atau taman mini arsitektur semua etnis di China dan tempat di dunia seperti di Shenzhen.
"Selama itu dalam tempat tertutup dan sebagai kawasan wisata, bukan kawasan nyata seperti perumahan atau perkantoran mungkin masih tidak apa-apa. Toh, nanti masyarakat yang menentukan bagus tidaknya sehingga diminati atau bahkan jadi gagal," ujar Aditya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.