Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Evaluasi Macet Lebaran, Manajemen "Rest Area" Harus Diperbaiki

Kompas.com - 11/06/2019, 19:09 WIB
Dani Prabowo,
Hilda B Alexander

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Manajemen rest area di jalan tol menjadi salah satu pekerjaan rumah yang harus diselesaikan pemerintah guna menghadapi musim Lebaran tahun depan. Bila tak ada inovasi baru, momok kemacetan diperkirakan bakal kembali terjadi.

Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono mengatakan, ada 72 rest area di jalur A dan B yang tersebar di sepanjang Tol Trans-Jawa.

Menambah rest area, sebut dia, bukan solusi untuk mengatasi kemacetan ke depan. Apalagi, bila melihat pertumbuhan jumlah kendaraan pemudik dari tahun ke tahun.

"Sekali lagi, bukan mau excuse atau apa, (rest area) ini kan investasi, bukan dari APBN," kata Basuki di Jakarta, Senin (10/6/2019).

Baca juga: 41 Persen Pemudik Belum Kembali ke Jakarta

"Di Palimanan, di Kalikangkung, itu kondisi normal 17.000 kendaraan. Yang kemarin itu 68.000 kendaraan, belum puncaknya. Jadi sudah empat kali lipat," imbuh dia.

Meski demikian, Basuki mengatakan, ada sejumlah langkah yang tengah dikaji pemerintah untuk mengatasi kemacetan di rest area. Misalnya, mengatur letak parkir mobil.

"Sekarang ini parkirnya ngacak. Mungkin nanti kalau tidak di depan ya di belakang," ungkap Basuki.

Hal lainnya yaitu mengevaluasi letak rest area itu sendiri. Kelak, tempat istirahat yang akan dibangun tidak langsung berada di pingir jalan tol, sehingga menghambat kendaraan yang melintas.

Seperti rest area yang akan dibangun di ruas Tol Semarang-Solo tepatnya di kawasan Ungaran.

"Katanya akan jadi yang terbesar, ada destinasi, ada hotel, ada di situ. Itu nanti akan dicoba. (Supaya tidak penuh), dia tidak dipinggir, tapi masuk," ucapnya.

Basuki menambahkan, dirinya juga telah berkoordinasi dengan Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi terkait penambahan fungsi rest area ke depannya.

"Saya bilang ke Pak Menhub, 'Mas kalau ini dipakai dalam tanda kutip terminal tol, itu harus didesain di masuk. Bukan eksisting gini', ini bahaya," sambung Basuki.

"Sekarang tol ini aturannya setiap 20 km ada. Tapi kalau dirasa kurang jadi per 10 km. Saya kira nanti bukan jadi jalan bebas hambatan. Ini kan jalan bebas hambatan, bukan hanya berbayar. Apalagi rest area di pinggir banyak hambatannya, jadi harus masuk ke dalam," tutupnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com