SOLO, KOMPAS.com - Rupa fisik jembatan layang atau infrastruktur lainnya tak harus didesain kaku dengan dominasi beton abu-abu yang terkesan dingin dan angkuh.
Sebaliknya, elemen dekoratif ramah pandangan, justru akan membuat infrastruktur tersebut lebih menarik, dan bisa menjadi alternatif hiburan secara visual.
Seperti jembatan layang atau flyover Manahan, di Kota Solo, Jawa Tengah. jembatan layang ini dikembangkan oleh Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional (BPJN) VII, Ditjen Bina Marga, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR).
Flyover ini dihias mural raksasa dengan beragam karakter pewayangan seperti Bima, Pandawa Lima, dan Punakawan.
Sejak diresmikan, jembatan layang Manahan ini menjadi spot berswafoto, dan kerap dijadikan sebagai penanda untuk menunaikan janji temu warga sekitar.
Namun, tahukah Anda, bagaimana proses pembangunannya?
Selama proses pembangunan, BPJN VII bekerja sama dengan Pusat Penelitian Jalan dan Jembatan Balitbang PUPR.
Teknologi yang diterapkan pada konstruksi flyover ini merupakan pengembangan teknologi timbunan ringan mortar busa dengan struktur baja bergelombang, atau dikenal dengan corrugated mortarbusa pusjatan (CMP).
Sebelumnya, Kementerian PUPR telah menggunakan teknologi tersebut saat membangun FO Antapani di Kota Bandung, Jawa Barat, yang diresmikan pada tahun 2017.
Kelebihan CMP adalah masa konstruksinya yang lebih cepat 50 persen dibanding konstruksi beton.
Tulis komentar dengan menyertakan tagar #JernihBerkomentar dan #MelihatHarapan di kolom komentar artikel Kompas.com. Menangkan E-Voucher senilai Jutaan Rupiah dan 1 unit Smartphone.
Syarat & Ketentuan