MUARA ENIM, KOMPAS.com - Pembangunan infrastruktur konektivitas di koridor Palembang-Bengkulu yang mencakup Jalan Tol Palembang-Simpang Indralaya, Tol Simpang Indralaya-Muara Enim, Tol Muara Enim-Lubuk Linggau, dan Tol Lubuk Linggau-Bengkulu, dipercepat.
Hal ini ditandai dengan pendandatanganan Perjanjian Pengusahaan Jalan Tol (PPJT) dan pencanangan konstruksi dua jalan tol Simpang Indralaya-Muara Enim, dan Muara Enim-Lubuk Linggau, pada Selasa (9/4/2019).
Sebelumnya, PPJT Tol Lubuk Linggau-Bengkulu sepanjang 95,8 kilometer telah ditandatangani oleh Kepala Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) Danang Parikesit dan Direktur Utama PT Hutama Karya (Persero) Bintang Perbowo pada Jumat (15/3/2019).
Baca juga: Konstruksi Dua Sirip Tol Trans-Sumatera Resmi Dicanangkan
Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono mengatakan, pembangunan tol dengan panjang 351,3 kilometer ini disegerakan karena merupakan siripnya Jalan Tol Trans-Sumatera.
Jika koridor Palembang-Bengkulu tersambung pada 2023 nanti, maka manfaatnya akan semakin signifikan bagi masyarakat karena ruas tol lainnya yang juga sepanjang 350 kilometer yakni Tol Bakauheni-Terbanggi Besar-Pematang Panggang-Kayu Agung, tersambung seluruhnya pada Juni 2019.
"Tol ini akan benar-benar dapat dimanfaatkan secara maksimal," kata Basuki.
Pasalnya, kehadiran tol ini sangat penting untuk mendukung pertumbuhan ekonomi eksisting, terutama kawasan-kawasan industri yang dilintasi, serta munculnya pertumbuhan ekonomi baru.
"Ini tujuan utamanya. Tidak ada gunanya jalan tol kalau cuma lewat. Tapi harus dimanfaatkan oleh kawasan-kawasan di sekitarnya, termasuk industri," terang Basuki.
Dia mencontohkan pengembangan kawasan industri di Kabupaten Ngawi dan Nganjuk setelah beroperasinya Jalan Tol Trans-Jawa.
"Delivery cost menjadi pasti dan bisa dihitung. Sehingga mereka tidak perlu memindahkan pabriknya, sebagai vendor, ke perusahaan-perusahaan di Karawang, misalnya. Ada efisiensi biaya dan waktu tempuh," sebut dia.
Hal senada dikatakan Kepala BPJT Danang Parikesit. Menurutnya efisiensi waktu, prospek investasi, dan biaya pengeluaran, terutama untuk kendaraan logistik menjadi pasti, dan dapat dihitung.
Dia menuturkan, kehadiran tol di koridor Palembang-Bengkulu akan memangkas waktu tempuh Palembang-Muara Enim dari semula 4 jam menjadi 1,5-2 jam.
"Sementara Palembang-Bengkulu bisa ditempuh hanya 4 jam," sebut Danang.
“Pembangunan tol ini adalah impian yang menjadi kenyataan. Tol akan memperlancar konektivitas, sebelum truk batubara dilarang melintas di jalan umum, waktu tempuh Palembang-Muara Enim bahkan mencapai 12 jam,” ucap Herman.
Koridor Palembang-Bengkulu merupakan koridor pendukung Jalan Tol Trans-Sumatera. PT Hutama Karya (Persero) ditunjuk sebagai Badan Usaha Jalan Tol (BUJT) berdasarkan Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 100 Tahun 2014 yang kemudian diperbarui menjadi Perpres Nomor 117 Tahun 2015.
Dalam perpres tersebut pemerintah memberikan penugasan kepada HK untuk menggarap Jalan Tol Trans-Sumatera sepanjang 2.952 kilometer.
Merujuk data Kementerian PUPR, Jalan Tol Simpang Indralaya-Muara Enim-Lubuk Linggau yang dirancang sepanjang 329,3 kilometer merupakan perluasan dari Jalan Tol Palembang-Simpang Indralaya yang membentang 22 kilometer dan sudah beroperasi.
Tol ini dilengkapi 6 buah simpang susun yang mencakup Simpang Indralaya, Prabumulih, Muara Enim, Lahat/Marapi, Musi Rawas, dan Lubuk Linggau.
Adapun investasi yang dibutuhkan senilai Rp 47,9 triliun dengan masa konsesi 40 tahun.
Konstruksinya dijadwalkan selesai pada Desember 2022 dan operasionalisasi dua bulan setelahnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.