KUPANG, KOMPAS.com - Ketua DPD Real Estate Indonesia (REI) Nusa Tenggara Timur (NTT) Bobby Pitoby menyebut, tahun 2019 kesenjangan antara jumlah rumah terbangun dengan kebutuhan (backlog) di NTT, turun menjadi 90.538 unit.
Padahal tiga tahun lalu, angka backlog tercatat masih sebanyak 400.000 unit.
"Jumlah itu belum termasuk 340.000 di NTT yang tercatat sebagai rumah tidak layak huni. Sedangkan secara nasional, kekurangan pasokan rumah sudah turun menjadi 5,4 juta dari sebelumnya 7,6 juta," ucap Bobby kepada Kompas.com, Senin (8/4/2019).
Baca juga: Gelar Expo 2019, REI NTT Targetkan 3.500 Rumah Terbangun
REI NTT, lanjut Bobby, terus berjuang menurunkan angka backlog dengan membangun rumah murah, terutama rumah bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR).
Bobby mengatakan, permintaan rumah cukup besar namun terhambat tingginya bea peroleh hak atas tanah dan bangunan (BPHTB) yang dibebankan kepada konsumen.
BPHTB ini berkisar antara Rp 11 juta hingga Rp15 juta.
Jika tidak ada biaya BPHTB, hanya dengan menyetor Rp 1,5 juta masyarakat sudah bisa memiliki rumah bersubsidi dengan cicilan Rp 900.000 per bulan selama 20 tahun
Menurut Bobby, selama tiga tahun terakhir, pengembang yang tergabung dalam REI NTT telah membangun 6.907 unit rumah.
Terdiri dari 1.611 unit pada 2015, 2454 unit pada 2017, dan 2.843 unit pada 2018. Sedangkan pada 2019, ditargetkan 3.500 unit. Rumah subsidi masih mendominasi pembangunan.
"Pemerintah daerah sudah saatnya meninjau kebijakan BPHTB tersebut dengan berpatokan kepada sejumlah aturan yang sudah diterbitkan pemerintah sepertti Instruksi Presiden Nomor 5 Tahun 2017, Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2017, dan Permendagri Nomor 121 Tahun 2018," tuntas Bobby.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.