Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Panjang Patung Hiu di Atas Atap

Kompas.com - 08/04/2019, 16:13 WIB
Rosiana Haryanti,
Hilda B Alexander

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Selama lebih dari 30 tahun, sebuah patung hiu berdiri tegak di atas atap rumah warga di Oxford. 

Dilansir The Guardian, Senin (8/4/2019), pemilik rumah, Bill Heine membeli hunian tersebut pada 1986. 

Dia kemudian bekerja sama dengan pemahat John Buckley yang bekerja dengan sekelompok sukarelawan untuk menghadirkan bentuk hiu ikonik ini di rumah Heine.

Heine mengatakan, patung hiu tersebut memang sengaja dipasang untuk memberikan peringatan dan pesan khusus.

Baik Buckley dan Heine menganggap, keberadaan patung hiu itu menggambarkan kebiadaban perang dan perasaan kerentanan serta ketidakberdayaan ketika bencana melanda.

Patung hiu unik ini terbuat dari bahan fiberglass dengan panjang 8 meter.

Baca juga: Museum Patung Liberty Dibuka Mei 2019

Struktur hiu di atap tersebut dikenal dengan nama Headington Shark di wilayah pinggiran Oxford. Patung hiu ini dibuat hanya dalam waktu tiga bulan.

Setelah selesai, Buckley kemudian memindahkan patung hiu tersebut menggunakan traktor.

Sedangkan untuk mengangkatnya, Buckley menggunakan crane besar yang sudah disediakan di depan rumah Heine.

Patung tersebut lalu ditempatkan di atas atap dengan posisi seolah-olah baru saja jatuh dari langit.

Pemilik rumah, Bill Heine mengatakan, patung hiu tersebut memang sengaja dipasang untuk memberikan peringatan dan pesan khusus. 
geograph.org.uk/ceridwen Pemilik rumah, Bill Heine mengatakan, patung hiu tersebut memang sengaja dipasang untuk memberikan peringatan dan pesan khusus.
"Pagi pertama itu (pemasangan) luar biasa. Pada hari Minggu, hal ini sudah mendunia dan sudah seperti itu selama 30 tahun," ujar Buckley.

Meski begitu, penempatan patung tersebut ternyata tanpa dibarengi dengan izin perencanaan.

Melansir Archinet, hal ini mengakibatkan, Dewan kota Oxford menentang keberadaan patung tamabahan di atas atap tersebut.

Pada awalnya, dewan kota menyatakan, keberadaan patung dapat berbahaya bagi publik.

Tetapi para insinyur dan inspektur mengatakan keberadaan ptung itu aman secara struktural.

Heine kemudian mengajukan aplikasi perencanaan yang ditolak oleh dewan yang kemudian mengadakan forum publik yang memungkinkan penduduk untuk berbicara mendukung atau menentang patung itu.

"Orang-orang hanya pernah mendengarnya karena komite perencanaan mengambil keputusan konyol ini untuk menghilangkannya," ujar salah satu warga, Patrick Gray.

"Seorang inspektur turun dan melakukan audiensi publik. Saya sedikit melawan apa yang saya rasakan sebagai hal yang tidak masuk akal," lanjut dia.

Keberadaan patung hiu ini juga didukung oleh mantan direktur Southern Arts, Bill Duffon. Dia menganggap patung tersebut merupakan jenis karya seni publik sehingga keberadaannya harus didukung.

Setelah enam tahun, patung hiu itu akhirnya diselamatkan pada tahun 1992 oleh Sekretaris Negara untuk Lingkungan, Michael Heseltine.

Heseltine akhirnya mengeluarkan keputusan bahwa keberadaan patung itu tidak membahyakan dan memberikan hal baru yang dinamis dan unik di kota.

Beberapa tahun yang lalu dilaporkan bahwa patung hiu akan dipindahkan seiring dengan bank yang juga mengancam untuk mengambil kembali properti itu.

Putra Heine, Magnus kemudian memutuskan membeli properti itu untuk memastikan hiu yang dicintai tidak dihancurkan.

Selain itu, sepeninggal Heine, warga dan dewan kota banyak yang memberikan sumbangan untuk kelangsungan patung hiu ikonik di daerah tersebut.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com