JAKARTA, KOMPAS.com – Pengamat perumahan dan dosen Universitas Islam Indonesia Suparwoko mengatakan, masalah keterbatasan lahan untuk pembangunan rumah subsidi bisa diatasi dengan memanfaatkan ruang.
Pemanfaatan ruang yang dimaksud yaitu membangun rumah susun (rusun) di atas fasilitas umum milik pemerintah yang biasanya hanya terdiri dari satu atau dua lantai.
Dengan demikian, pemerintah tidak perlu pusing mencari lahan baru yang semakin terbatas, apalagi di wilayah perkotaan.
“Ada ruang kosong di atas fasilitas umum, misalnya pasar, terminal, stasiun, dan kantor kelurahan atau kecamatan. Di atasnya bisa dipakai untuk dibangun rusun. Jadi seharusnya bukan lagi cari lahan, tapi cari ruang kosong,” ucap Suparwoko kepada Kompas.com, Rabu (13/3/2019).
Rusun ini ditujukan untuk masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) serta generasi milenial yang sudah berpenghasilan dan ingin tinggal terpisah dari orang tua.
Baca juga: Desain Inspiratif untuk Rumah Mungil Kurang dari 30 Meter Persegi
Adapun sistem kepemilikannya yaitu hak sewa, bukan hak milik, sehingga penggunaannya bisa diawasi secara berkala.
Selain itu, generasi milenial dapat lebih menghemat pengeluaran bulanannya dan masih bisa menabung untuk persiapan membeli rumah pada masa mendatang.
“Jadi MBR bisa ditempatkan di sana. Anak-anak muda juga daripada nge-kos, mending sewa di situ. Bisa dapat fasilitas yang lebih banyak. Generasi milenial yang gajinya Rp 5 jutaan bisa nabung, kalau uangnya sudah cukup, mau beli rumah di tempat lain ya terserah,” jelasnya.
Suparwoko menambahkan, rusun ini juga seharusnya dekat dengan pusat perbelanjaan, baik tradisional maupun modern.
Selain itu terkoneksi dengan sarana transportasi umum sehingga bisa mengurangi kemacetan lalu lintas.
Dia melihat pemerintah belum memikirkan cara seperti ini. Padahal, ini bisa jadi langkah strategis dalam penyediaan perumahan terjangkau dan layak huni di pusat kota.
“Konsep hunian campuran ini belum banyak dipikirkan. Intinya ruang publik digabungkan dengan hunian, membangun rusun di atas fasilitas publik yang belum dimanfaatkan maksimal,” tegasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.