Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Seharusnya Kita Malu, Bangun Proyek Gede Tapi 'Software' Bajakan"

Kompas.com - 05/03/2019, 11:00 WIB
Dani Prabowo,
Hilda B Alexander

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Penggunaan piranti lunak atau software dinilai menguntungkan dalam mendukung pembangunan infrastruktur.

Terlebih bagi Indonesia yang kini tengah mengejar ketertinggalan demi meningkatkan daya saing dengan negara lain.

Country Manager Structures Division Trimble Solutions Representative Office Indonesia, Ajie Pamadaraji menilai, Indonesia menjadi salah satu pasar potensial bagi Tekla Structures di dunia.

Tekla merupakan contoh piranti lunak dalam teknologi Building Information Modelling (BIM).

Dengan piranti ini, seorang insinyur dapat bekerja sama lebih maksimal dalam merancang bangunan dengan modul tiga dimensi berikut penggunaan material yang dibutuhkan.

Sayangnya, masih banyak pemain industri konstruksi yang belum melihat keuntungan memiliki software ini.

Baca juga: Dengan BIM, Konstruksi Infrastruktur Lebih Cepat Kelar

Meskipun, Presiden Joko Widodo, sebut dia, telah mendorong penggunaan BIM dalam pembangunan proyek infrastruktur agar lebih efisien.

"Paradigma di Indonesia, dari pada beli software mahal, lebih baik mereka beli mobil saat ini. Tapi kami mengedukasi orang-orang Indonesia, seperti ditekankan Presiden, seharusnya kita malu, membangun proyek gede tapi menggunakan software bajakan," kata Ajie dalam wawancara khusus dengan Kompas.com, Senin (4/3/2019).

Namun begitu Ajie tak menampik, harga lisensi piranti ini cukup mahal yakni sekitar 30.000 dollar AS atau ekuivalen Rp 424,26 juta (kurs 1 dollar = Rp 14.142).

Namun, bila dibandingkan dengan investasi mega proyek yang hendak digarap, nilainya tidak terlalu besar.

Sejauh ini, Trimble telah bekerja sama dengan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) dalam mengaplikasikan piranti ini pada proyek konstruksi milik pemerintah.

Selain itu, kerja sama juga telah dilakukan dengan 14 dari 17 perusahaan konstruksi pelat merah milik pemerintah.

"Masih ada tiga perusahaan BUMN karya yang belum kerja sama dengan kami salah satunya Nindya Karya yang kini masih dalam proses (penjajakan)," sebut Ajie.

Untuk mengedukasi masyarakat tentang pentingnya penggunaan piranti lunak dalam proyek infrastruktur, ia menambahkan, Trimble sejauh ini telah memberikan 500 lisensi gratis kepada perguruan tinggi di seluruh Indonesia.

Bahkan, mahasiswa juga dapat mengakses Tekla Campus secara gratis untuk mengetahui cara penggunaan piranti ini dengan bebas.

Ajie mengharapkan, mereka tidak kaget ketika harus menggunakan piranti ini saat sudah masuk dunia kerja.

"Di negara lain, seperti Singapura itu mereka harus bayar. Tapi saya meminta agar universitas di sini bisa mendapatkan lisensi itu secara gratis. Sehingga ini mendorong mahasiswa untuk tidak menggunakan software bajakan," tuntas Ajie

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com