Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Harga Anjlok, Investor Usulkan Sentosa Singapura Jadi "Bali Baru"

Kompas.com - 22/02/2019, 20:00 WIB
Rosiana Haryanti,
Hilda B Alexander

Tim Redaksi

Sumber Bloomberg

KOMPAS.com - Pengembang terbesar kedua di Singapura, City Developments, menyarankan pemerintah negara itu untuk memosisikan kembali kawasan Sentosa sebagai kiblat pariwisata layaknya Bali.

Menurut Chairman City Developments Ltd Kwek Leng Beng, ketika pertama kali disebut-sebut, wilayah ini diperuntukkan bagi orang-orang kaya dan terkenal.

Namun, nilai properti di area tersebut pernah anjlok pada 2010 hingga sebesar 30 persen.

Bahkan ketika pasar properti negara itu sedang berada pada siklus pemulihan pada paruh pertama tahun lalu, Sentosa masih mengalami kelesuan.

Apa yang sebelumnya menjadi kekuatan utama Sentosa Cove telah menjadi kekurangan.

"Saya ingin menyarankan agar mereka memosisikannya kembali sebagai Bali baru," ujar Kwek dalam rilis pendapatan perusahan, seperti dikutip dari Bloomberg.

Baca juga: Pemerintah Utang Rp 4,2 Triliun Bangun 12 Bali Baru

Pulau ini adalah satu-satunya tempat di Singapura di mana orang asing dapat membeli properti rumah tapak.

Tetapi mereka harus membayar bea materai sebesar dua kali lipat sejak 2011 atau 20 persen dibandingkan dengan penduduk lokal yang hanya sebesar 3 persen.

Sentosa dan Bali sama-sama memiliki persamaan yakni iklim tropis, hotel-hotel mewah, dan restoran.

Namun jika dibandingkan ukurannya, Sentosa hanya secuil dari wilayah Bali. Pulau buatan ini hanya memiliki luas 5 kilometer persegi.

Lebih lanjut Bali juga menawarkan wisata alam dengan pegunungan dan hutan yang subur serta pantai-pantai terkenal.

Baca juga: Design Orchard Buka di Tengah Kelesuan Pasar Ritel Singapura

Meski begitu, Kwek mengatakan area non-hunian di Sentosa masih bisa dimanfaatkan dengan lebih baik sebagai tempat konferensi.

Sementara hotel yang berada di pulau itu masih bisa menarik lebih banyak pengunjung.

"Anda pergi ke Bali sekarang, itu sangat padat. Ada gunung berapi, masalah cuaca, banjir, dan lalu lintas. Mengapa sangat populer?" tutup Kwek.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber Bloomberg
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com