KOMPAS.com - Mengumpulkan air bisa menjadi salah satu aktivitas berbahaya. Bahkan banyak orang butuh waktu berjam-jam agar bisa sampai ke sumber air terdekat.
Selain itu, bahaya lain seperti hewan buas dan kontaminasi limbah menjadi masalah lain yang harus dihadapi.
Untuk itu, arsitek Arturo Vitturi memiliki ide mengumpulkan air bagi wilayah-wilayah terpencil.
Vitturi membuat wadah khusus untuk mengumpulkan air dari bambu dan material yang mudah ditemukan. Struktur yang diberi nama Warka Water ini didesain untuk "memanen" air dari udara.
Struktur Warka Water sendiri terinspirasi dari bentuk pohon Ethiopia yang bernama Warka.
Ide ini pertama kali muncul ketika Vitturi mengunjungi pedesaan yang terisolasi di wilayah timur laut Ethiopia. Dia pun mulai membuat purwarupa alat yang dapat digunakan untuk mengumpulkan air.
Penduduk yang tinggal di desa tersebut mengalami kesulitan untuk mendapatkan air bersih. Bahkan wanita dan anak-anak harus berjalan jauh menuju ke sebuah kolam.
Mirisnya, kolam tersebut biasanya sudah terkontaminasi dengan kotoran binatang maupun manusia.
Ide yang digagas Vitturi kemudian pertama kali dipamerkan dalam ajang Venice Biennale 2012.
Sejak saat itu, dia bersama dengan timnya mulai mengembangkan purwarupa menara pengumpul air dan fasilitas pendukung.
Rangka menara pengumpul air ala Vittori ini terbuat dari bambu yang dapat menopang material polyester di dalamnya.
Penggunaan bahan ini membuat konstruksi menara sangat mudah untuk dibuat di area pedalaman.
Alat ini dapat menampung uap air dari hujan, kabut, maupun embun yang terperangkap di permukaan menara yang dilapisi dengan jala.
Air ini kemudian dialirkan ke sebuah wadah penampungan yang ditanam di bawah menara.