Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

124 Juta Milenial Produktif, Peluang Besar Bisnis "Co-Living"

Kompas.com - 31/01/2019, 11:00 WIB
Rosiana Haryanti,
Hilda B Alexander

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Model hunian bersama atau co-living masih dianggap masih sangat baru di Indonesia.

Hal ini sama dengan tempat kerja bersama (co-working) dan gudang logistik modern dimana pertumbuhannya di Indonesia secara relatif baru saja dimulai.

Namun menurut Head of Research JLL Indonesia James Taylor, hunian bersama seperti kos-kosan dan kamar sewa dengan berbagai fasilitas bersama merupakan suatu konsep yang sudah terbentuk di Indonesia.

"Jadi hunian bersama (co-living) bukan merupakan sesuatu hal yang baru untuk sebuah bentuk hunian karena memang sudah dikenal baik oleh orang Indonesia." ujar James Taylor dalam keterangan tertulis kepada Kompas.com, Rabu (30/1/2019).

Baca juga: Co-living, Konsep Berbagi Hunian yang Kembali Menjadi Tren

Populasi anak muda yang besar serta proses urbanisasi di Indonesia yang sangat cepat mendorong terjadinya pertumbuhan permintaan untuk model hunian seperti co-living ini.

Bayangkan saja, menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah penduduk usia kerja atau di atas 15 tahun per Agustus 2018 sebanyak 194,7 juta.

Dari angka tersebut sebanyak 124 juta jiwa sudah bekerja atau mampu menyewa dan membeli hunian, sementara sejumlah 16,5 juta masih sekolah. 

Jumlah ini jelas lebih banyak dari negara mana pun di Asia Tenggara.

-PMG | BRIAN KOLES -
Karena itu, tak mengherankan jika proyek-proyek transportasi massal yang akan datang juga menjanjikan peluang bagi para pemilik properti co-living.

Para investor semakin berminat pada konsep hunian terintegrasi transportasi massal atau Transit Oriented Developments (TOD).

Sementara beberapa dari antara mereka terus menjajaki kemungkinan untuk mengoperasikan hunian bersama di titik-titik strategis untuk transportasi massal ini.

"Terutama LRT mungkin akan dapat menyediakan akses yang nyaman ke lokasi-lokasi yang terletak di Jabodetabek yang dulunya tidak pernah dilirik karena kemacetan lalu lintas parah, serta waktu tempuh yang panjang dari dan ke wilayah-wilayah pusat kegiatan di pusat kota." imbuh Taylor.

Selain itu, proyek transportasi ini juga dapat mengurangi waktu perjalanan yang kemungkinan dapat meningkatkan minat masyarakat untuk memilih lokasi tersebut sebagai hunian.

"Dan kita berharap para investor akan merespons hal ini dengan berbagai penawaran hunian," pungkas Taylor.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com