SOLO, KOMPAS.com - Peristiwa terbakarnya Pasar Legi pada akhir Oktober 2018 lalu tak hanya berdampak pada lenyapnya ladang rezeki para pedagang, juga Muara Market.
Muara Market atau lebih dikenal dengan nama Muara turut terkena imbasnya. Ruang kreatif anak muda ini kini terpaksa tutup dan menyisakan kios-kios kosong.
Awalnya, properti yang dibangun tepat di belakang pasar tersebut terbengkalai selama delapan tahun. Di sini, puluhan ruko dibangun mengelilingi sebuah lapangan berbentuk segi lima.
Kemudian datanglah Andy Susanto yang punya ide untuk memanfaatkan properti ini. Bersama dengan Resi Cetho, dan Tatuk Marbudi, mereka kemudian mencoba memanfaatkan properti seluas hampir 3.000 meter persegi ini.
Baca juga: Hanya Butuh 4 Tahun, Pemuda Ini Jadi Miliarder Properti
Tetapi karena berbagai hal, ruko tersebut gagal dalam pemasaran dan membuatnya menjadi gedung yang tak terawat.
Baca juga: Empat Taipan Properti Masuk Daftar 50 Orang Terkaya Indonesia
Tatuk bersama rekan-rekannya kemudian mencari cara untuk memasarkan tempat ini. Ide utamanya adalah bagaimana menghidupkan dan memanfaatkan kembali bangunan tersebut.
Dengan berbagai koneksi dan ide yang dimiliki akhirnya lahirlah Muara pada 2016. Dari segi bisnis, Muara kemudian memanfaatkan 33 kios yang tersedia untuk disewakan.
Namun beberapa kendala harus dilalui. Selain karena kondisinya yang tak terawat, lokasi berdirinya bangunan ruko berbentuk segi lima ini juga tidak menguntungkan.
"Enggak ada orang yang mau lewat daerah sini kalau enggak ke Pasar Legi," ujar Tatuk.
Baca juga: Urai Kemacetan, Solo Bangun 15 Koridor Transportasi Massal
Untuk itu, Tatuk dan para pendiri kemudian mencari cara lain untuk mendatangkan massa. Mereka akhirnya mengajak beberapa orang lagi untuk bergabung.
Dengan tim dan manajemen yang telah dibentuk, mereka kemudian berusaha untuk mendatangkan massa ke Muara.
Berbagai acara pun digelar. Hasilnya, Muara Market menjadi salah satu tempat berkumpul anak muda di Kota Solo.