Selain itu, manajemen yang dibentuk juga mendapatkan untung dari penyewaan ruko. Sebanyak 31 dari 33 ruko yang tersedia berhasil disewakan untuk 28 tenant.
Mayoritas dari penyewa bergerak di bisnis kreatif.
Muara Market muncul dengan tagline sharing, caring, and selling. Tatuk mengatakan, mereka tidak ingin Muara menjadi ruang jual beli semata, namun juga menjadi tempat berinteraksi dan tersedianya ide-ide kreatif.
Hal ini terjadi hampir setiap hari, pertemuan demi pertemuan banyak menghasilkan ide-ide segar. Bahkan pengunjung bisa tiba-tiba membuat mural dan berpartisipasi dalam kegiatan bermusik di sudut bangunan Muara.
"Ketika ada pertemuan, pasti akan ada interaksi. Kemudian akan muncul ide baru, muncul keinginan-keinginan baru. Nah, itu terjadi setiap hari di sini," ujar Tatuk.
Baca juga: Wika Revitalisasi Pasar Klewer
"Akhirnya terbentuk jaringan kreatif, jaringan distribusi, jaringan ekonominya. Hampir setiap bulan kami menerima band tour dari berbagai kota," lanjut dia.
Tatuk menuturkan, mayoritas penyewa di Muara merupakan anak muda dari berbagai latar belakang yang baru saja terjun ke dunia bisnis.
Untuk itulah dia bersama dengan rekan-rekannya kemudian mengadakan beragam kegiatan untuk meningkatkan pengalaman.
"Kalau kami enggak bisa selling, kami enggak mungkin bisa caring, apalagi sharing," ucap Tatuk.
Baca juga: Selain Pasar Legi, Dua Pasar Bersejarah di Solo Juga Pernah Terbakar
Kemudian dibuatlah beberapa program seperti Muara Karya yang memberikan kelas, workshop, dan pelatihan.
Peserta yang turut berpartisipasi bukan hanya mereka yang menyewa tempat di Muara, namun juga datang dari luar.
Lalu ada Muara Artshop, di mana para peserta dapat memasarkan karyanya. Terakhir, ada Muara Session yang menyelenggarakan berbagai pertunjukan hiburan.
"Event tahunan besar itu 'Bermuara', kami menggabungkan semua kegiatan. Jadi ada pemutaran film, pop-up market, ada musik, dance, talkshow, diskusi, workshop, dan lain-lain," imbuh Tatuk.