JAKARTA, KOMPAS.com - Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) melanjutkan penggunaan aspal karet dalam pembangunan jalan nasional. Bahan karet yang dicampur dengan aspal ini dinilai lebih bagus kualitasnya dibandingkan aspal biasa.
Selain itu, dari segi harga, penggunaan karet untuk aspal ini juga membantu penyerapannya dalam industri.
Direktorat Jenderal Bina Marga Kementerian PUPR memutuskan untuk terus menggunakan aspla karet pada tahun 2019.
Baca juga: Lebih Awet, Aspal Karet Diperluas Pemanfaatannya
Menurut rencana, dilakukan pengadaan aspal karet sebanyak 2.542 ton aspal karet (setara dengan 177 ton lateks pekat atau 354 ton lateks kebun) yang bernilai sekitar Rp 3,15 miliar.
“Pengadaannya dilaksanakan secara bertahap untuk menghindari penyimpanan dalam waktu lama yang bisa mengakibatkan karet alam rusak,” kata Kepala Biro Komunikasi Publik Kementerian PUPR Endra S Atmawidjaja melalui keterangan tertulis, Kamis (10/1/2019).
Pembelian dilakukan oleh Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional (BBPJN) V Sumsel serta BBPJN VI Jakarta, Jawa Barat, dan Banten sebagai pengguna aspal karet.
Sistem pembelian karet dari petani itu dilakukan oleh pabrik atau koperasi yang memproduksi brown crepe.
Kementerian PUPR nantinya akan mendapat suplai brown crepe dari pabrik dengan syarat pabrik wajib mencantumkan surat keterangan dan kuitansi pembelian dari petani atau KUD.
Alasan penggunaan karet alam yang dicampur aspal panas untuk pengerasan jalan ini karena memiliki beberapa keunggulan.
Antara lain tingkat pengerasan lebih baik, tidak mudah meninggalkan jejak roda pada saat aspal basah, dan daya tahan lebih tinggi dibanding aspal biasa.
Contoh ruas jalan yang telah menerapkan penggunaan aspal karet pada tahun 2017-2018 yaitu di preservasi Jalan Muara Beliti – Tebing Tinggi – Lahat sepanjang 125 kilometer dengan anggaran Rp 30,55 miliar.
Dari keseluruhan jalan itu, sepanjang 4,37 kilometer menggunakan aspal karet dengan ketebalan 4 sentimeter.
Porsi bahan karet atau brown crepe yang digunakan adalah sekitar 7 persen atau 81 ton karet alam per kilometer.
Untuk diketahui, Indonesia merupakan salah satu produsen karet alam terbesar di dunia. Produksi karet alam Indonesia mencapai 3,2 juta ton per tahun.
Sebanyak 0,6 juta ton di antaranya dimanfaatkan industri dalam negeri, sedangkan 2,4 juta ton lainnya untuk diekspor.
Dalam kondisi penurunan harga karet dunia, pemerintah pusat mengeluarkan kebijakan untuk memanfaatkan karet alam di berbagai sektor, salah satunya dalam pembangunan infrastruktur di Indonesia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.