JAKARTA, KOMPAS.com - Diresmikannya tujuh ruas tol Trans-Jawa oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada Kamis (20/12/2018), memicu eforia masyarakat memanfaatkan jalur ini.
Tak hanya untuk mudik saat libur Natal dan Tahun Baru, namun juga banyak yang ingin menjajal mulus dan panjangnya lintasan jalan bebas hambatan ini.
Salah satunya adalah Johannes E Najoan. Kepada Kompas.com, dia menceritakan pengalamannya menjajal ruas tol Trans-Jawa dari Jakarta menuju Surabaya.
"Saya sama sepupu kebetulan senang jalan, pas dengar tol baru pengen nyobain. Kami berangkat tanggal 21 pagi. Mampir di Semarang dulu," ujar Johannes, Minggu (23/12/2018).
Baca juga: 7 Ruas Tol Baru Trans-Jawa Gratis hingga Januari 2019
Dia menambahkan, perjalanan dari Jakarta ke Semarang ditempuh dalam waktu enam jam, sedangkan Semarang ke Surabaya ditempuh dalam empat jam.
Dengan demikian, lanjut Johannes, keseluruhan waktu yang harus dia tempuh Jakarta-Surabaya lewat Jalan Tol Trans-Jawa adalah 10 jam.
"Jakarta-Semarang hanya dua kali stop, dan Semarang-Surabaya juga dua kali stop. Tapi kalau bawa keluarga mungkin bisa lebih dari 10 jam karena harus banyak berhenti," ucap Johannes.
Selesainya pembangunan Tol Trans-Jawa ini menurut Johannes mampu memangkas waktu perjalanan dengan sangat signifikan. Sebelumnya, Johannes harus menempuh waktu selama 18 jam untuk rute yang sama.
"Kalau tol, kami isi e-toll Rp 500.000 di Jakarta, sampai Surabaya tinggal 3.500," ujar dia.
Selain itu, untuk bahan bakar, Johannes mengatakan, menghabiskan sekitar 100 liter selama perjalanan.
"Kalau bensin total sekitar 100 liter, tapi pas tiba di Surabaya kemarin belum isi lagi sampai sekarang," imbuh dia.
Baca juga: Dirut Jasa Marga: Tarif Tol Jakarta-Surabaya Sekitar Rp 600.000
Selama berkendara, Johannes mengatakan, menikmati perjalanannya kali ini. Selain dapat mempersingkat waktu tempuh, kondisi jalan dan penerangan juga dinilai lebih baik.
Namun begitu, dia mencatat, di beberapa tempat, masih ada perbaikan jalan.
"Ada beberapa tempat seperti Madiun jalannya belum rapi benar, masih ada perbaikan," sambung dia.
Meski menghabiskan waktu lebih pendek dibanding sebelumnya, menurut Johannes masih ada beberapa hal yang perlu ditingkatkan.
Seperti contohnya keberadaan tempat pengisian bahan bakar (SPBU) dan rest area yang masih kurang, beberapa bahkan masih dalam tahap pembangunan.
Karena itu Johannes merasa perlu untuk mengingatkan pengemudi agar mengisi bahan bakar secara penuh dan membawa logistik yang dibutuhkan sebelum berangkat.
"Dari Cirebon sampai Semarang masih sedikit untuk rest area. Beberapa masih dibangun, tapi kalau sekadar istirahat ada tempat. Sedangkan kalau di Surabaya, mulai dari Ngawi-Madiun sudah banyak rest area walau pun kecil-kecil," tutur Johannes.
Selain itu, masih ada kemacetan dan kepadatan yang terjadi di beberapa tempat. Johannes menyebutkan saat di Batang terjadi kemacetan menjelang gerbang tol.
"Beberapa tempat keluar macet, misalnya di Batang akses ke kiri macet. Dari tol mau ke non tol macet, karena mungkin di gerbang tol masih ada transaksi," tambah dia.
"Sedangkan kemacetan di Madiun lebih parah. Buntutnya ke mana-mana memengaruhi jalan utamanya," imbuh dia.
Namun di sisi lain, pengemudi juga harus mencermati jumlah saldo yang perlu disiapkan.
Ini karena banyak pengemudi yang masih belum mengetahui rincian total tarif yang harus dibayarkan ketika menuju ke suatu tempat.
Akibatnya banyak pengemudi yang harus tertahan di gerbang tol karena saldo kartu tolnya tidak mencukupi.