Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

2019, Surya Semesta Fokus Pengembangan "Subang City of Industry"

Kompas.com - 14/12/2018, 10:51 WIB
Hilda B Alexander

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - PT Surya Semesta Internusa Tbk (SSIA) berencana mengembangkan kota industri di kawasan Subang, Jawa Barat, bertajuk Subang City of Industry.

Karena itu, SSIA mengalokasikan sebagian besar dari total Rp 700 miliar belanja modal (capex) 2019 untuk realisasi kota industri ini.

"Tahun depan belanja modal Rp 700 miliar, Subang tetap kami fokuskan, sebagian besar untuk Subang ya. Kami targetkan peluncurannya akhir 2019," terang Investor Relation SSIA Erlin Budiman menjawab Kompas.com, Kamis (13/12/2018).

Saat ini, megaproyek tersebut masih dalam proses finalisasi desain dan rancangan induk. Kebutuhan-kebutuhan yang timbul seiring percepatan pengembangan infrastruktur di kawasan ini, akan diakomodasi lebih optimal.

Kebutuhan tersebut tidak hanya untuk lahan industri, melainkan residensial untuk para karyawan dan manajemen yang bekerja di wilayah ini, fasilitas penginapan atau hotel, pergudangan, dan lain sebagainya.

Ilustrasi.www.shutterstock.com Ilustrasi.
Menurut Erlin, sisi utara dan selatan Subang City of Industry yang dipisahkan Jalan Tol Cikopo-Palimanan, sangat potensial menjadi hub industri setelah Cikarang (Bekasi), dan Karawang yang sudah demikian padat.

Namun demikian, SSIA akan mengembangkan sisi selatan lebih dulu. Setelah itu, dilanjutkan dengan bagian utara yang memiliki akses menuju Pelabuhan Patimban.

Tak tanggung-tanggung, guna mempercepat realisasi Subang City of Industry ini, SSIA menggandeng PT Jasa Marga (Persero) Tbk untuk membangun infrastruktur pendukung dalam bentuk inisiasi Jalan Tol Subang-Patimban.

Jalan tol ini akan menghubungkan kawasan industri dengan Pelabuhan Patimban berkapasitas 3,75 juta TEUs pada tahap I.

100 hektar

Fase pertama seluas 100 hektar ini akan dikerjakan sendiri oleh SSIA. Sementara fase berikutnya, SSIA membuka peluang untuk investor atau mitra strategis bekerja sama dengan skema joint venture.

"Tahap pertama ini kami harapkan akan menjadi showcase yang dapat menarik minat mitra strategis potensial. Kami mau mengundang mereka yang bisa memberikan nilai tambah bagi Subang City of Industry ini," harap Erlin.

Restoran Tien Chao di Hotel Gran Melia Jakarta.ARSIP HOTEL GRAN MELIA JAKARTA Restoran Tien Chao di Hotel Gran Melia Jakarta.
Fase awal ini akan dipasarkan dengan patokan harga sekitar 110 dollar AS hingga 120 dollar AS per meter persegi untuk segmen lahan industri.

Sementara untuk residensial dengan konsep vertikal yang dialokasikan 50 persen dari total lahan pengembangan, akan ditentukan kemudian.

Demikian halnya dengan fasilitas hotel yang juga tengah dikaji kapasitas serta berbagai fasilitas penunjangnya.

"Ini akan sama dengan Karawang, namun skalanya lebih besar. Hotel yang akan dibangun juga kami pastikan Batiqa. Ini juga sebagai bentuk ekspansi bisnis anak usaha yakni PT Batiqa Hotel Management (BHM)," tutur Erlin.

Kinerja

Hotel Batiqa di Cirebon, Jawa Barat.KOMPAS.COM/JONATHAN ADRIAN Hotel Batiqa di Cirebon, Jawa Barat.
Erlin mengharapkan, eskpansi BHM di Subang akan menambah porsi recurring income lini bisnis hospitalitas terhadap SSIA sebesar 20 persen.

Selain di Subang, BHM juga akan mengoperasikan tiga hotel baru yang salah satunya berlokasi di Labuan Bajo yang dirancang berkonsep resor. 

Saat ini BHM telah mengoperasikan tujuh hotel standar bintang tiga sebanyak 889 kamar dengan kinerja okupansi sekitar 60 persen.

Adapun Gran Melia Jakarta 55 persen, Melia Bali Hotel 60 persen, dan Banyan Tree Ungasan Resort mencatat okupansi rata-rata 80 persen.

Banyan Tree Ungasan, Bali.Dok. Banyan Tree Ungasan Banyan Tree Ungasan, Bali.
Sedangkan kinerja okupansi lahan industri berada pada posisi 85 persen yang dicatat oleh Suryacipta City of Industry Karawang.

Ke depan, kawasan industru seluas 1.400 hektar ini akan dilengkapi dengan dengan fasilitas baru yakni sistem pengolahan air limbah berkapasitas 5.000 meter kubik per hari.

Saat ini harga lahan industri Suryacipta City of Industry Karawang sekitar 170 dollar AS per meter persegi. 

Sementara untuk kinerja keuangan, SSIA membukukan pendapatan konsolidasi senilai rp 2,6 triliun sepanjang sembilan bulan tahun 2018.

Angka ini tumbuh 12,9 persen dibanding periode yang sama tahun lalu Rp 2,3 triliun. Pertumbuhan pendapatan ini dikontribusi oleh peningkatan di unit usaha konstruksi dan perhotelan masing-masing 22,9 persen dan 9,8 persen.

Sedangkan laba bersih tercatat minus Rp 65,6 miliar atau 105,3 persen lebih rendah ketimbang periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp 1,2 triliun.

"Namun begitu, kami tetap optimistis tahun depan akan tumbuh positif. Selama politik stabil, dan Rupiah juga stabil akan memberikan kepastian bisnis," tutup Erlin.

 

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau