Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Anak Usaha Adhi Karya Bangun 5 Tower Apartemen di Sisi LRT Ciracas

Kompas.com - 05/12/2018, 11:44 WIB
M Latief

Editor

JAKARTA, KOMPAS.com - Pengamat properti David Cornelis mengatakan pertumbuhan penduduk yang cepat telah meningkatkan mobilitas orang yang mengarah ke lalu lintas kemacetan.

Transit-oriented development (TOD) menjadi pendekatan perencanaan yang diadopsi banyak kota. Konsep TOD dianggap menguntungkan untuk mengurangi penggunaan kendaraan pribadi, terutama dengan adanya pengembangan stasiun transit massal.

Berdasarkan data Badan Pusat Statisik, jumlah penduduk DKI Jakarta pada 2015 lalu sudah mencapai 10,18 juta jiwa. Setahun kemudian angka itu meningkat menjadi 10,28 juta jiwa, dan bertambah lagi menjadi 10,37 juta jiwa pada 2017.

Jumlah penduduk tersebut, masih bertambah setiap harinya, dengan keberadaan warga kawasan sisi luar Jakarta, seperti Bekasi, Bogor, Depok dan Tangerang, yang tinggal di kawasan luar tersebut, namun memiliki pekerjaan di Jakarta.

Melansir data Biro Pusat Statistik DKI Jakarta di tahun 2016, kendaraan yang berada di Jakarta mencapai 18 juta unit. Dengan total panjang jalan di DKI Jakarta yang mencapai sekitar 7000 km, dampak langsung yang terjadi adalah terjadinya kemacetan yang terjadi hampir setiap hari.

Kerugian akibat kemacetan tersebut diperkirakan mencapai Rp 6 triliun setiap tahunnya. Pemerintah dengan langkah strategisnya, yaitu membangun sistem transportasi massal, baik itu MRT, LRT maupun BRT, diharapkan akan menjadi solusi jangka panjang atas problema kemacetan tersebut.

"Untuk itu, pengembangan TOD ke depannya adalah mengintensifkan rasio luas lantai, menambahkan ruang hijau, dan meningkatkan desain yang berorientasi pada transit dan pejalan kaki," kata David dalam keterangan tertulis, Rabu (5/12/2018).

David mengatakan, pola distribusi TOD di wilayah-wilayah kota satelit memiliki hubungan kuat dengan tingkat perkembangan perkotaan dan ekonomi daerah. Untuk itulah, pembangunan dan perencanaan TOD harus dilakukan dengan sungguh-sungguh karena akan tidak secara otomatis mengikuti pola pembangunan transportasi umum massal.

Salah satu pengembang yang jeli melihat peluang mengembangkan kawasan properti berbasis TOD itu adalah PT Adhi Commuter Properti, anak usaha PT Adhi Karya (Persero) Tbk. Adhi Commuter saat ini tengah mengembangkan beberapa proyek dengan konsep TOD yang berlokasi menyatu dengan stasiun LRT Jabodebek.

Direktur Utama PT Adhi Commuter Properti, Amrozi Hamidi, mengatakan Adhi Commuter mengembangkan hunian berbasis TOD untuk menjawab kebutuhan akan hunian yang terintegrasi dengan sistem transportasi massal. Ke depan hunian berbasis transportasi seperti TOD dapat menjadi pilihan masyarakat.

"Terutama kalau kita berkaca pada banyak negara lain, terutama hunian untuk masyarakat kaum sub-urban. Kenapa, karena praktis. Hunian seperti ini kan terintegrasi dengan sistem transportasi massal yang bisa memberikan kemudahan mobilitas penghuninya," kata Amrozi.

Salah satu proyek berbasis TOD yang dikembangkan oleh Adhi Commuter adalah LRT City Urban Signature di sisi stasiun LRT Ciracas Jakarta Timur. Kawasan yang dikembangkan di lahan seluas 6,2 hektar itu mengadopsi prinsip dasar pengembangan TOD, yaitu walkable, yakni mudah dijangkau dengan berjalan kaki atau bersepeda.

Prinsip kedua, menurut Amrozi, adalah shift dan transit, yaitu penghuni dapat mengalihkan penggunaan kendaraan pribadi dan beralih menggunakan transportasi umum massal.

Adapun prinsip ketiga adalah connect, yakni kawasan ini dikembangkan dengan menciptakan jaringan jalan yang saling terhubung.

"Sementara prinsip keempatnya adalah densify, yaitu mengoptimalkan kepadatan lahan dengan perencanaan bangunan vertikal, serta superblok untuk mengoptimalisasi tata guna lahan," ujar Amrozi.

Dia menambahkan, bahwa LRT City Cicaras Urban Signature merupakan area superblok yang dikembangkan dalam kerjasama operasi antara PT Adhi Commuter dan PT Urban Jakarta Propertindo. Nilai investasinya mencapai Rp 2,6 triliun.

Di lahan seluas 6,2 hektar, LRT City Ciracas akan mengembangkan 5 tower apartemen. Untuk tahap pertama akan dikembangkan dua tower, yaitu Tower Azure dengan total unit sebanyak 1087 unit dan Tower Beige sebanyak 543 unit.

"Kawasan superblok ini nantinya berisi hunian, area komersial dan fasilitas pendukungnya yang dikembangkan di lahan sisi stasiun LRT Ciracas," kata Amrozi.

Proyek ini akan menerapkan konsep "Green Belt" di antara tower-tower apartemen. Dengan luas lahan 312,4 sqm, sabuk hijau tersebut akan menjadi area aktivitas publik.

"Responnya positif. Sejak proyek ini diluncurkan, sampai saat ini sudah terjual 49 persen dan kami optimistis untuk dua tower ini akan sold out tahun depan," timpal Indra Syahruzza,  Indra Syahruzza, Direktur Pengembangan Bisnis dan Pemasaran, PT Adhi Commuter Properti. 

Dia mengatakan, dalam kurun satu tahun dari harga perdana, hingga saat ini proyek tersebut telah mengalami kenaikan lebih dari 25 persen. Untuk itu, sesuai perencanaan yang ada, lanjut Indra, penutupan atap kedua tower itu ditargetkan pada Desember tahun depan dan selanjutnya bisa diserahterimakan pada Maret 2021.

"Akan sejalan dengan rencana beroperasinya LRT Jabodebek tahun depan sehingga kami yakin bisa diserap pasar," tambah Indra.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau