Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cara Singapura Jadi Kota Paling Bersih di Asia

Kompas.com - 31/10/2018, 16:05 WIB
Rosiana Haryanti,
Hilda B Alexander

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Singapura merupakan salah satu contoh terbaik dalam hal kebersihan di Asia. Setelah memperoleh kemerdekaan pada 1965, negara kota ini masih dibayang-bayangi dengan kondisi kebersihan dan masalah pekerjaan.

Kondisi ini diperparah dengan keadaan kondisi lahan Singapura yang terbatas dan hampir tidak memiliki sumber daya alam.

Karenanya, perdana menteri Singapura saat itu, Lee Kuan Yew, mengeluarkan kebijakan untuk membersihkan serta menata ulang kota. Program ini diluncurkan tepat 50 tahun lalu.

Dalam waktu 50 tahun kemudian, negara ini berkembang menjadi wilayah paling bersih dan hijau.

Kampanye kebersihan

Pemerintah Singapura kemudian membuat program penanaman tumbuhan tahunan. Kemudian selama dekade 1970 hingga 1980-an, pemerintah mengeluarkan ajakan untuk membuat toilet, pabrik, dan halte tetap bersih.

Selain itu, banyak aktivitas publik yang digalakkan seperti kompetisi untuk tempat paling kotor dan paling bersih, seperti di perkantoran, gedung pemerinrtahan, sekolah, pabrik dan tempat umum.

Pada 1976, kampanye Use Your Hand mulai digalakkan. Kampanye ini mewajibkan siswa, orangtua, guru, dan seluruh pihak sekolah untuk membersihkan lingkungan sekolah setiap minggu.

Kampanye ini juga menggalakkkan pentingnya penanaman pohon.

Tujuannya dari berbagai inisiatif ini untuk membuat kota menjadi tempat yang lebih menyenangkan. Selain itu, Lee Kuan Yew juga bersikeras, kampanye ini akan membuat perekonomian negara lebih kuat.

Garden by the Bay, SingapuraShutterstock/FuuTaMin Garden by the Bay, Singapura
"Standar ini akan meningkatkan moral dan meningkatkan kondisi sosial dalam hal pertumbuhan ekonomi di bidang industri dan pariwisata," ujar Chairman dari Public Hygiene Council, Edward D'Silva.

Selain kampanye, Pemerintah Singapura juga memberikan denda bagi siapapun yang membuang sampah atau mengotori tempat umum.

Berbagai kampanye yang digalakkan pun memberikan manfaat bagi masyarakat. Tidak hanya kondisi kota yang semakin bersih, angka harapan hidup meningkat dari 66 menjadi 83.

Tentu saja, kampanye kebersihan dan anti sampah bukan satu-satunya faktor. Namun dengan adanya kampanye ini, kesehatan masyarakat bisa ditingkatkan.

Selain itu, wilayah Singapura yang bersih juga turut menarik perhatian turis dan para investor bahwa tempat ini sesuai khususnya dalam hal kepastian hukum.

Sementara tingkat kunjungan wisatawan juga meningkat. Pada 1967, kunjungan turis hanya sekitar 200.000 orang, sedangkan hingga kuartal-III 2018, tingkat kunjungan mencapai 10 juta orang.

Ruko bersejarah di Area Konservasi Telok Ayer, Singapura.JLL Ruko bersejarah di Area Konservasi Telok Ayer, Singapura.
Petugas kebersihan

Tak hanya kampanye dan denda, Singaprua juga mempekerjakan pekerja kebersihan untuk menjaga kota ini tetap bersih. Jumlah pekerja ini mencapai 56.000 orang. Mayoritas merupakan pekerja migran.

Selama satu tahun, pemerintah menghabiskan dana hingga 120 juta dollar Singapura atau sekitar Rp 1,3 triliun. Dana ini digunakan untuk membersihkan ruang publik di negara tersebut.

Inovasi ruang terbuka hijau

Untuk mengatasi kekurangan ruang terbuka hijau karena pembangunan, Pemerintah Singapura kemudian membuat peraturan yang memuat penambahan ruang hijau di atap bangunan pada 2009.

Sejak saat itu, peraturan ini telah menambahkan ruang hijau di 110 gedung di seluruh penjuru Singapura. Salah satunya adalah Pinnacle@Duton, bangunan ini dilengkapi dengan taman buatan di lantai 26 dan 50. Taman ini mampu memberikan tambahan ruang terbuka.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com