KOMPAS.com - Keindahan masjid di Indonesia memang tak bisa dipandang sebelah mata. Negara ini memilik banyak masjid dengan desain estetis serta memperlihatkan kekayaan bangsa.
Kali ini, Kompas.com mengulas tiga masjid terapung yang didirikan persis di atas perairan. Berikut rinciannya:
Masjid yang dibangun dengan luas 50 x 50 meter tersebut bergaya bangunan Arab Saudi. Namun interior masjid dibuat berlanggam Maroko. Masjid ini berada di Kabupaten Kayong Utara, Kalimantan Barat.
Masjid berkapasitas 3.000 jemaah tersebut mengadopsi arsitektur Timur Tengah. Sekeliling bangunan dicat dengan warna putih. Tak lupa ukiran kaligrafi menjadi ornamen penghias masjid.
Tempat ibadah senilai Rp 38 miliar tersebut didirikan dengan dana patungan dari anggaran Pemerintah Kabupaten, dana Oesman Sapta Odang, dan dana corporate social responsibiliity dari delapan BUMN.
Dibangun pada 8 Mei 2009 lalu, sebagai perwujudan dari keinginan Wali Kota Makassar pada waktu itu, untuk menjadi landmark kota. Lalu terciptalah gagasan pembangunan masjid terapung ini.
Bangunan masjid menggambarkan perpaduan konsep modern, kontemporer, dan islami. Masjid yang dibangun dengan tiga lantai ini terletak di timur Pantai Losari, dan dapat menampung hingga 500 jemaah.
Lantai pertama digunakan sebagai tempat ibadah bagi jemaah pria, sedangkan lantai kedua dan ketiga diperuntukkan bagi jemaah wanita.
Masjid ini dibangun dengan dua kubah. Masing-masing kubah memiliki diameter 9 meter. Sedangkan bangunan masjid sendiri didesain dengan diameter 45 meter.
Di sekeliling bangunan masjid terdapat jendela yang menghadap ke laut. Hal ini membuat angin dari laut dapat masuk ke dalam bangunan masjid.
Di bawah kubah masjid, pengunjung dapat menggunakannya sebagai tempat bersantai serta beristirahat sembari menikmari embusan angin pantai.
Masjid ini dibangun dengan empat menara. Bangunan tempat ibadah ini memiliki luas 121 meter persegi dan dapat menampung jamaah hingga 150 orang.
Sekilas, bangunan masjid terlihat mengapung di atas air laut, karena berdiri di atas tiang-tiang pancang yang tertancap oleh pilar di dalam tanah.
Pembangunan masjid seluruhnya ditanggung oleh Muhammad Hasan Bajamal, yang merupakan pengusaha SPBU asal Palu.
Pengunjung dan jemaah yang ingin mengunjungi bangunan ini harus melewati jembatan yang menghubungkan bibir pantai dengan masjid. Ini karena bangunan masjid berjarak sekitar 30 meter dari bibir pantai.
Masjid ini menjadi salah satu ikon dari Teluk Palu, dan dibangun untuk mengenang Dato Karama, salah satu penyebar agama Islam di Kota Palu pada abad ke-17. Namanya bahkan diabadikan menjadi Sekolah Tinggi Agama Islam di Palu.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.