KOMPAS.com - Di tengah gemerlap kehidupan perkotaan, berbagai ancaman kesehatan terus membayangi masyarakat.
Sebut saja polusi, pola makan yang buruk, serta gaya hidup yang kurang aktif, adalah tiga dari sekian banyak ancaman terhadap kesehatan.
Namun arsitek dari Studio AVL, Alex Losada dan pakar pertanian, Camille Lassale, memulai proyek Greenbelly untuk mengatasi sejumlah persoalan tersebut.
Proyek ini berencana mengubah ruang residual menjadi pusat produktif bagi penduduk setempat. Menambah ruang terbuka hijau perkotaan serta meningkatkan kohesi sosial.
Dengan menggunakan struktur perancah sederhana, penghuni dapat menanam aneka sayuran pada platform horizontal di sepanjang dinding. Sehingga di setiap sudut tidak ada satu pun jarak yang terbuang sia-sia.
Adapun kebun pada proyek tersebut akan dikelola menggunakan bahan-bahan alami yang ada di sekitar, seperti cahaya matahari, hujan, hingga pupuk kompos yang terbuat dari sampah organik.
"Dengan Greenbelly ini, kami mengusulkan sebuah proyek berkelanjutan dalam skala yang dapat dikelola dengan mendaur ulang ruang, bahan dan sumber daya perkotaan," ungkap Losada seperti dilansir dari Designboom.
"Kami bisa membuat kota menjadi lebih hijau, lebih sehat serta memberi makan pada orang-orang yang membutuhkan atau mengajarkan kepada anak-anak dari mana asal bahan makanan yang mereka makan," tutur Losada.
Instalasi arsitektur ini mempersingkat jarak pengiriman. Dengan memanfaatkan area kurang lebih hanya 35 meter persegi, sebuah pertanian enam tingkat dapat menghasilkan sekitar 6.400 kilogram sayuran per tahun dan menghasilkan 162 meter persegi area hijau di tengah kota.
Selain itu, ia mengatakan, ruang partisipasi akan tersedia bagi masyarakat setempat yang memanfaatkannya.
Masyarakat dapat saling bertukar pikiran dan pengalaman tentang bagaimana cara bercocok tanam, serta memberikan keuntungan ekonomi lokal.
Kendati memiliki struktur vertikal, namun penanaman tetap dilakukan secara horizontal.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.