KOMPAS.com - Mesir sedang merencanakan untuk membangun gedung tertinggi di Afrika, di salah satu wilayah terakhir sepanjang Sungai Nil, Kairo tengah.
Gedung yang dijuluki Nile Tower ini akan menjadi salah satu rancangan karya maestro Zaha Hadid. Dia merancang desain gedung pada tahun 2007 lalu.
Bangunan ini akan mengubah wajah wilayah antara pusat Kairo dan area Sungai Nil menjadi kawasan kelas atas.
Melansir laman firma arsitektur Zaha Hadid, Nile Tower akan berdiri di lahan seluas 120.000 meter persegi. Gedung ini nantinya juga akan memberikan pemandangan Piramida dari kejauhan. Selain piramida, bangunan ini juga menawarkan panorama Sungai Nil.
Nile Tower rencananya akan berdiri setinggi 70 lantai. 36 lantai paling atas akan menjadi apartemen. Sementara 18 lantai di bawahnya akan dingsikan sebagai hotel dengan 230 kamar.
Sedangkan sisanya akan menyediakan fasilitas seperti kasino, klub malam, spa, pusat perbelanjaan, dan pusat kebugaran.
Fasad gedung sendiri terbuat dari kaca. Struktur bangunan juga akan terbuat dari beton khusus. Desain menara ini mengikuti gaya Hadid yang menyukai bentuk geometri.
Pada sisi bagian barat yang menghadap ke sungai, menara terlihat menonjol dari atas untuk memaksimalkan pemandangan dari kamar hotel. Sementara di sisi timur manara sekana terlihat ditarik keluar untuk menjaga stabilitas bangunan.
Proyek ini rencananya akan dimulai pada tahun 2008, di bawah mantan presiden Hosni Mubarak. Namun rencana ini gagal ketika negara ini mulai bergejolak, dan berakhir dengan tumbangnya presiden pada 2011.
Kini proyek Nile Tower telah mendapatkan persetujuan dari Presiden Mesir saat ini, Abdel Fattah al-Sisi.
Pembangunan ini merupakan tanda bahwa Mesir siap untuk membuka diri melalui investasi, setelah diterpa krisis.
Proyek ini menghabiskan dana sebesar 600 juta dollar AS, bahkan diperkirakan akan menelan biaya yang lebih besar.
Saat ini, ada 1.400 proyek konstruksi yang masih berjalan di Mesir. Nilai dari keseluruhan proyek tersebut mencapai 248,2 juta dollar AS.
Farah Kamal, PR Coordinator Living In Interior mengungkapkan, ekonomi dan pembangunan Mesir sedang kembali bergairah.
Pembangunan ini bukannya tanpa halangan. Diaa Tantawy, desain manajer di Living In Interior, salah satu pengembang Nile Tower, mengatakan proyek ini akan memeerlukan dana tambahan sekitar 150 juta dollar AS.
Penyebab biaya pembangunan semakin mahal diperkirakan akibat melemahnya nilai mata uang Pound Mesir, yang berimbas pada naiknya harga bahan baku bangunan.
Selain itu, selama beberapa dekade terakhir, hunian kelas atas dan pusat bisnis telah merambah ke daerah pinggiran Kota Kairo.
Salah satunya kawasan di seberang kawasan Nile Tower. Area ini mayoritas dihuni oleh penduduk berpenghasilan rendah. Daerah yang disebut Maspero Triangle ini rencananya akan dibangun kembali oleh pemerintah.
Untuk membangun kembali wilayah pinggiran menjadi kawasan kelas atas, pada musim semi ini, pemerintah Mesir menghancurkan kawasan Maspero Triangle.
Rencananya, pemerintah akan mengubah wilayah ini menjadi area hunian kelas menengah ke atas. Sebanyak 4.300 keluarga terdampak diberi kompensasi untuk meninggalkan wilayah tersebut.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.