Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bernardus Djonoputro
Ketua Majelis Kode Etik, Ikatan Ahli Perencanaan Indonesia (IAP)

Bernardus adalah praktisi pembiayaan infrastruktur dan perencanaan kota. Lulusan ITB jurusan Perencanaan Kota dan Wilayah, dan saat ini menjabat Advisor Senior disalah satu firma konsultan terbesar di dunia. Juga duduk sebagai anggota Advisory Board di Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan, Institut Teknologi Bandung ( SAPPK ITB).

Selain itu juga aktif sebagai Vice President EAROPH (Eastern Region Organization for Planning and Human Settlement) lembaga afiliasi PBB bidang perencanaan dan pemukiman, dan Fellow di Salzburg Global, lembaga think-tank globalisasi berbasis di Salzburg Austria. Bernardus adalah Penasehat Bidang Perdagangan di Kedubes New Zealand Trade & Enterprise.

Bourdain, Kota, dan Kita

Kompas.com - 12/06/2018, 07:38 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

BERITA sedih itu hadir pada saat tak disangka, di depan kita, Anthony Bourdain sang koki nakal, bintang rock-nya dunia kuliner, ditemukan meninggal dunia di kamarnya.

Kota Kayserberg, satu jam dari Strasbrough di timur Perancis tempatnya bermalam pun mendunia seketika melalui daring dan siaran CNN. Kota di wilayah perkebunan anggur ini tahun 2017 dinobatkan sebagai France Favourite Village.

Tony, telah membuka mata dunia dari sisi pandang baru, ketika dia mulai memperkenalkan kuliner melalui kaitannya dengan negara, kota dan kemanusiaan.

Kehadirannya dalam 142 episode "Anthony Bourdain: No Reservation" di Travel Channel, dan 93 episode "Anthony Bourdain: Parts Unknown" di CNN, membawa cita rasa makanan khas suatu daerah ke ruang-ruang keluarga dunia.

Dengan konsep dasar pertanyaan sederhana: "Apa yang membuat anda bahagia?" dan "Apa yang kamu suka dari makan dan masak?", Tony memperlihatkan kepada kita berbagai jawaban mempesona.

Dibalut semangat petualang sejati, kita dibawa ke dalam diskursus menarik mengenai lokasi-lokasi menarik sambil lekat dengan advokasi tentang masyarakat terpinggirkan, khas Tony.

Dari tukang es campur kaki lima, mie bakso Vietnam dengan Presiden Obama, minum bir hitam di tempat konflik The Trouble pasca konflik Irlandia di Belfast, menikmati masakan Michelin 3 termahal, maupun warung babi guling di Bali. Kuliner mampu menjembatani usaha kita mengenal lebih jauh jejak-jejak sejarah.

Dalam "An Edible History of Humanity", Tom Standage menulis bahwa makanan membangun peradaban dunia, sejak jaman dimulainya pertanian 11,000 tahun lalu dalam bentuk yang paling mendasar untuk satuan keluarga.

Sampai sekarang kuliner menjadi bagian peradaban dunia dengan "paradoks keberlimpahan" di mana teknologi hadir untuk mengatur makanan dunia dengan biaya mahal terancamnya kualitas lingkungan.

Pada masa awal masyarakat agraris, struktur sosial masyarakat terbentuk berdasarkan rantai produksi makanan. Sebagian masyarakat fokus bertani, yang lainnya kegiatan mendukung pertanian, dan berkembang seiring jaman menciptakan stratifikasi kelas masyarakat. Di sini pula terbentuk aglomerasi kekuasaan dengan menguasai akses kepada makanan.

Tanah-tanah pertanian terus berkembang, dan pembukaan tanah-tanah baru serta berkembang nya jalur-jalur perdagangan semakin membentuk ruang hidup manusia. Kota-kota pun berkembang dengan masyarakatnya dalam bingkai ini.

Di sinilah kejelian Tony Bourdain dalam mengekspresikan kepedulian dan pesan-pesan penting nya. Maka kita pun dapat belajar mendalami bukan saja suasana sebuah kota, namun jejak-jejak peradaban dan perjuangan warganya.

Kita pun berterima kasih kepada Tony untuk ekspresi yang sangat natural dan jujur tentang rasa, hidup, dan bermasyarakat di kota.

Kota Gaza dan Tepi Barat, konflik terus berlangsung, namun kehidupan warga tetap berjalan dengan budaya kuliner dan sejarah yang panjang.

Kota Johanesburg di Afrika Selatan dulu adalah kota paling berbahaya didunia, sekarang bahkan tidak masuk daftar 50. Selesainya politik apartheid membuat kota Jo-burg perlahan menjadi ibukota kuliner Afrika.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com