Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mayoritas Pengembang Jakarta Bangun Mal untuk Kelas Atas

Kompas.com - 24/05/2018, 22:00 WIB
Erwin Hutapea,
Hilda B Alexander

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Sebagian besar pengembang properti di area Jakarta dan sekitarnya memprioritaskan pembangunan mal atau pusat perbelanjaan yang disewakan untuk kelas atas. Selebihnya, mereka membangun mal kelas menengah dan menengah atas.

Kesimpulan itu didapat dari survei yang dilakukan DPD REI DKI Jakarta terhadap sekitar 350 pengembang yang menjadi anggotanya. 

Jika dirinci, ada 54 persen pengembang yang membangun mal kelas atas, lalu 39 persen pengembang mengerjakan mal kelas menengah atas, dan diikuti 7 persen pengembang bermain di segmen menengah.

Baca juga: Peritel Makanan Makin Agresif, Gilas Peran Department Store di Mal

Ketua DPD REI DKI Jakarta Amran Nukman menuturkan, dalam survei tersebut terlihat bahwa mayoritas 53 persen pengembang menyewakan ruang di mal seharga Rp 201.000-Rp 300.000 per meter persegi per bulan.

Ilustrasishutterstock Ilustrasi
Kemudian 25 persen pengembang mematok harga sewa Rp 301.000-Rp 400.000 per meter persegi per bulan.

Untuk lokasi, 75 persen pengembang tetap memilih Jakarta sebagai wilayah pengembangan mal kelas atas.

Selebihnya ada di Depok, Bandung, Surabaya, Semarang, dan Balikpapan yang masing-masing dikerjakan kurang dari 10 persen pengembang.

"Kalau untuk luas tanah, ada 68 persen pengembang yang membangun di atas lahan lebih dari 2 hektar. Jadi itu mayoritas," kata Amran ketika menjelaskan hasil survei itu, Rabu (23/5/2018) di Jakarta.

Mengenai luas bangunannya, 43 persen pengembang membangun mal seluas 3 hektar, lalu 36 persen pengembang membangun 2 sampai 3 hektar. Sisanya kurang dari 2 hektar.

Soal tingkat hunian, 59 persen pengembang mencatat tingkat okupansi 61-70 persen per bulan. Diikuti 18 persen pengembang yang tingkat huniannya 71-80 persen per bulan.

Ilustrasi.shutterstock Ilustrasi.
Kemudian 15 persen pengembang yang tingkat okupansinya 51-60 persen per bulan.

Sementara terkait service charge, 71 persen pengembang menerapkan harga Rp 71.000-Rp 80.000 per meter persegi per bulan.

Untuk yang biayanya Rp 81.000-Rp 90.000 per meter persegi per bulan dipatok oleh 14 persen pengembang.

Sementara menyangkut biaya pembangunan, Amran melanjutkan, 39 persen pengembang butuh dana Rp 301 miliar-Rp 500 miliar, dan 18 persen pengembang perlu ongkos Rp 701 miliar-Rp 900 miliar.

Dari survei itu juga bisa diketahui pula bahwa kisaran biaya terkecil bagi pengembang untuk mendirikan mal sewa yaitu antara Rp 51 miliar-Rp 100 miliar. Jumlah itu dipatok oleh 4 persen pengembang.

Namun, ada pula 14 persen pengembang yang butuh uang lebih dari Rp 900 miliar.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com