JAKARTA, KOMPAS.com – Investor kini mulai beralih ke sektor properti alternatif untuk memanfaatkan hasil yang menarik dan prospek pertumbuhan jangka panjang di Asia Pasifik.
Berdasarkan riset Jones Lang LaSalle (JLL) yang berjudul ‘Bangkitnya Properti Alternatif di Asia Pasifik’, sektor-sektor alternatif sebagai aset properti non-tradisional berupa fasilitas lansia atau panti jompo, perumahan siswa, pusat pendidikan, pusat data dan laboratorium.
“Secara global, pasar properti alternatif Asia Pasifik masih relatif belum matang dibandingkan dengan Eropa dan AS tetapi minatnya terus berkembang," ujar COO dan Head of Alternatives, Pasar Modal, JLL Asia Pasifik Rohit Hemnani melalui keterangan tertulis yang diterima Kompas.com, Selasa (10/4/2018).
Hal ini disebabkan para investor terus mencari sektor baru untuk melakukan diversifikasi aset dan meningkatkan imbal hasil.
Cara aset alternatif terstruktur menyajikan sewa operasi jangka panjang dan menyediakan aliran pendapatan yang stabil serta menurunkan volatilitas pasar.
Sebaliknya, aset inti seperti gedung perkantoran hanya dapat menghasilkan sekitar 2,5 persen di Tokyo dan 4,5 persen di Sydney.
Sementara pusat perbelanjaan memimpin dengan angka 5 persen di Australia dan 2,5 persen hingga 3 persen di Tokyo.
Hemnani menambahkan, pembeli aset alternatif teratas secara global adalah Real Estate Investment Trust (REIT), dana ekuitas, manajer investasi, perusahaan operator properti, dan pengembang.
Pada 2016 saja, lima kelompok investor ini menempatkan lebih dari 43 miliar dolar AS ke dalam sektor tersebut.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.