STOCKHOLM, KOMPAS.com - Remuk redamnya bisnis ritel membuat juragan pakaian kelas wahid H&M terpukul.
Meskipun pakaian termasuk barang dengan perputaran cepat, peritel asal Swedia itu tak mampu melepas stoknya dengan gesit.
Alhasil, persediaan barang menumpuk atau bisa disebut sebagai stok mati.
Melansir laporan kinerja terbaru H&M yang diwartakan New York Times, Rabu (27/3/2018), jumlah stok mati H&M mencapai 4,3 miliar dollar AS atau setara dengan Rp 59 triliun!
Sebagai perbandingan, angka Rp 59 triliun itu setara dengan 15 kali lipat biaya pembangunan Jalan Trans Papua yang dianggarkan lebih kurang Rp 3,8 triliun.
Baca juga: Biaya Membangun Trans Papua Rp 3,8 Triliun
Besarnya stok tak laku terjual itu menimbulkan pertanyaan dari sejumlah analis terkait kompetensi manajemen H&M dalam menjalankan bisnisnya.
Utamanya, mencakup keluwesan H&M beradaptasi dengan situasi bisnis ritel dan tren fesyen saat ini.
Tanda-tanda melubernya stok mati itu sejatinya telah terendus sejak tahun lalu.
Kala itu, H&M melaporkan penurunan kondisi bisnis sebagaimana tercermin dari penurunan laba dan sahamnya.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.