Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Pilu di Balik Ambisi Bos Lippo Bangun Rumah Sakit di Pelosok

Kompas.com - 21/03/2018, 16:52 WIB
Kontributor Magelang, Ika Fitriana,
Hilda B Alexander

Tim Redaksi

MAGELANG, KOMPAS.com - Siapa yang tidak kenal pendiri Lippo Group, Mochtar Riady? Salah seorang taipan properti tersukses di Indonesia ini sejak 1993 lalu, bersemangat membangun jaringan rumah sakit Siloam untuk melayani masyarakat hingga ke pelosok negeri.

Di balik kesukseskan itu, ada kisah memilukan yang dialami lelaki berusia 89 tahun itu saat masih tinggal di Malang, Jawa Timur.

Baca juga : Lippo dan NU Bangun Rumah Sakit di Pesantren Magelang

Sejak usia 7 bulan dirinya kehilangan sang kakek. Pada usia 7 tahun sang nenek juga meninggalkannya ke hadapan Sang Khalik.

Menginjak usia 9 tahun, ibunya pun meninggal setelah melahirkan adiknya. Selanjutnya selama dua tahun berturut-turut, Mochtar harus kehilangan tiga adiknya sekaligus.

Kisah getir ini diceritakan Mochtar saat kegiatan tutup atap pembangunan RSU Syubbanul Wathon, tidak jauh dari Pondok Pesantren API, Kecamatan Tegalrejo, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, Selasa (20/3/2018).

"Bayangkan selama 12 tahun saya kehilangan 6 anggota keluarga. Bagi saya itu trauma, begitu sedih, karena keluarga saya sakit tapi ketika itu tidak ada rumah sakit di Malang. Kalau pun ada jaraknya sangat jauh," ungkap Mochtar.

Mochtar mengambil kesimpulan, salah satu faktor kemiskinan adalah terbatasnya akses dan layanan rumah sakit. Padahal, rumah sakit merupakan pelayanan kesehatan yang mutlak harus ada di tengah-tengah masyarakat.

Ilustrasi rumah sakitNXT Health Ilustrasi rumah sakit
Bertolak dari pengalamannya, Mochtar bertekad membangun rumah sakit yang layak dan terjangkau masyarakat. Tekadnya itu pun tidak lantas seketika berhasil. Mochtar harus menelan kerugian selama kurun 15 tahun.

"Permulaan saya bangun rumah sakit Siloam, saya rugi selama 15 tahun. Pada suatu saat saya masuk ke dalam rumah sakit, melihat, meneliti, selama 1,5 tahun untuk mengetahui bagaimana sebenarnya operasional rumah sakit. Ternyata banyak melakukan pemborosan. Setelah diperbaiki, tidak pernah rugi lagi," urainya.

Mochtar bersyukur saat ini rumah sakit yang dirintisnya telah menjangkau masyarakat hingga pelosok yang masih minim layanan kesehatan, seperti di Labuan Bajo, Papua, Kupang, Bau Bau hingga Sumba.

"Sejak 1993, kami sudah dirikan 33 rumah sakit tersebar daerah-daerah terpencil, dengan investasi sekitar 30 juta USD setiap rumah sakit. Target kami sampai 150 rumah sakit," tutur dia.

Mochtar menyebut, rumah sakit yang dibangun Lippo Group mengutamakan keselamatan pasien yang berpatokan pada standar akrediktasi rumah sakit Joint Commissiont International (JCI) Amerika Serikat, kenyamanan pasien selayaknya Singapore Airline, dan harga terjangkau ala makanan waralaba Mc Donald.

"Pelayanan rumah sakit kami setara bintang lima dengan tarif BPJS. Kami rumah sakit swasta pertama yang menerima pasien BPJS. Semoga memberi manfaat untuk masyarakat semua," ujar Mochtar.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com