JAKARTA, KompasProperti - Badan Pusat Statistik (BPS) menyebut adanya pergeseran pola perilaku konsumen, dari belanja ritel ke sektor pariwisata (leisure). Kendati demikian, pergeseran tersebut dinilai tidak sepenuhnya benar.
Ketua Umum Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Hariyadi Sukamdani mengatakan, sejauh ini belum ada lonjakan berarti pada tingkat okupansi hotel.
"Kami tidak menemukan terjadi shifting ke hotel, dan kami juga tanya ke temen-temen taman rekreasi juga tidak terlihat lonjakan signifikan. Juga temen-temen travel agent yang mengelola outbond," kata dia di Jakarta, Senin (13/11/2017).
Merujuk data BPS, kuarta III-2017 menunjukkan adanya peningkatan konsumsi masyarakat yang cukup signifikan terhadap hotel dan restoran.
Bila pada kuartal III-2016 tercatat 5,01 persen, pada periode yang sama tahun ini tercatat menjadi 5,52 persen.
Menurut Haryadi, pada semester I-2017 memang sempat terjadi lonjakan cukup signifikan terhadap okupansi hotel. Hal itu tak lepas dari adanya libur panjang.
"Tapi yang melonjak itu hanya liburan hari kejepit yang pertama ya. Kan libur kejepit itu kan beberapa kali tuh. Kejepit berikutnya biasa saja," kata dia.
Meski kenaikan okupansi hotel diprediksi berkisar antara 10-15 persen, namun hal tersebut hanya terjadi di beberapa kota seperti Solo, Yogyakarta dan Malang.
"Tapi secara umum itu saja. Pada hari berikutnya biasa saja," ujarnya.
Sebelumnya, Kepala BPS Kecuk Suhariyanto menyebut pergeseran pola perilaku konsumen, dari untuk belanja jadi ke wisata, ditandai dengan beberapa indikator pertumbuhan konsumsi rumah tangga kuartal III 2017.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.