Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sengit, Persaingan Bisnis Apartemen di Alam Sutera

Kompas.com - 07/11/2017, 17:00 WIB
Dani Prabowo

Penulis

 

JAKARTA, KompasProperti - Dalam beberapa waktu terakhir, persaingan bisnis apartemen di kawasan Alam Sutera, Tangerang, kian ketat.

Pekan lalu, pengembang ponsel pintar Evercoss lewat tentakel bisnisnya PT Indopasifik Indahtama, meluncurkan Pacific Garden Style Residence, Jumat (3/11/2017).

Selang sehari, giliran PT Agung Sutera Properti berencana menggandeng perusahaan asal Perancis menggarap apartemen ke-3 dan 4 di sana.

Selain itu, dalam waktu dekat pengembang asal Australia, Crown Group, juga berencana mengembangkan apartemen di kawasan yang sama.

Sebelumnya, Datzo Investama Group telah mengumumkan rencana empat menara apartemen di atas lahan 1,5 hektar dengan investasi senilai Rp 2 triliun.

Ada pula Cambio Lofts yang dikembangkan PT Jaya Prima Integra, perusahaan patungan antara ACT Group dari Singapura dan PT Graha Indah Semesta.

Menjamurnya apartemen di kawasan tersebut, menurut Direktur Eksekutif Pusat Studi Properti Indonesia (PSPI) Panangian Simanungkalit, tidak terlepas dari lokasi Alam Sutera yang cukup strategis.

Tak pelak, persaingan antar pengembang kian ketat. Terutama, dalam menentukan harga jual ke pasar.

"Harga menjadi terkoreksi, jadi persaingan sangat ketat. Jadi sekarang bagaimana prospeknya tergantung bagaimana harganya masuk pada konsumen yang menjadi target di sana," kata Panangian kepada KompasProperti, pekan lalu.

Mereka yang hendak menjual apartemen dengan harga selangit, tentu harus berpikir ulang. Sebab, tidak sedikit pengembang baru yang membanderol harga apartemen per unit di bawah Rp 1 miliar.

Para pengembang baru tersebut cenderung menyasar kalangan mahasiswa atau investor yang ingin menyewakan unitnya ke mahasiswa. Sebab, dalam kurun waktu beberapa tahun terakhir jumlah universitas di Alam Sutera meningkat pesat.

Selain Universitas Bina Nusantara, ada juga Binus-ASO School of Engineering yang bekerja sama dengan Jepang, Swiss German University (SGU), hingga Universitas Bunda Mulia (UBM) yang jumlah mahasiswanya diperkirakan mencapai 8.000 orang.

"Kalau masih segitu (harganya) sih masih oke. Karena jumlahnya itu tumbuh (seiring) permintaanya," kata dia.

Lantas, bagaimana dengan apartemen di atas Rp 1 miliar?

Menurut dia, tidak menjadi persoalan bila pengembang memang berniat menjual unit apartemen dengan harga selangit. Hanya, mereka perlu memetakan potensi jumlah masyarakat yang memiliki kemampuan untuk membeli apartemen.

Sejak beberapa tahun terakhir, ia mengungkapkan, daya beli masyarakat terus menurun imbas dari kondisi perekonomian dunia yang terdampak pada kondisi ekonomi dalam negeri.

Akibatnya, masyarakat cenderung lebih berhati-hati dalam membelanjakan uangya.

"Karenanya, kalaupun ada Rp 1,5 miliar dijual atau Rp 2 miliar dijual, dia harus benar-benar memetakan jumlah orang di sana itu berapa. Jadi terus kemudian, misalnya contoh harus terjual dalam dua tahun kalau dia sabar kan tidak masalah," tuntas Panangian.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com