KompasProperti – Inovasi adalah kunci untuk memenangkan persaingan bisnis. Mungkin demikian landasan berpikir pemilik hotel di Orchard Road, Singapura ini.
Yotel, itulah nama hotel baru di jantung negara kota ini. Berbeda dengan hotel-hotel lainnya, Yotel berupaya mengedepankan teknologi dalam melayani tamunya. Seperti apa wujudnya?
Ketika memasuki lobi hotel, alih-alih disambut petugas resepsionis, para tamu justru dihadapkan pada sejumlah kios mesin. Tak perlu bingung, rupanya hotel ini memang menerapkan konsep pelayanan mandiri (do-it-yourself).
Tamu dapat mendaftar dan mengambil kunci kamar melalui mesin itu. Untuk proses check out, hal serupa juga dilakukan di mesin berlayar sentuh dan dilengkapi alat pendeteksi kartu tersebut.
“Otomatisasi dalam proses check in dan check out berfungsi menghemat waktu bagi para tamu di meja depan,” ucap General Manager Yotel Singapura Brendan Daly, seperti diwartakan Channel News Asia, Selasa (11/10/2017).
Ini hanyalah satu dari sejumlah penawaran berbasis teknologi yang tersedia di Yotel, bagian dari jaringan hotel mikro berbasis di London. Yotel memang dikenal dengan penggunaan teknologi secara kreatif di dalam propertinya.
Hote di Singapura itu resmi beroperasi awal Oktober ini dan merupakan cabang pertama di Asia.
Selain kios mandiri untuk tamu, kamar-kamar di Yotel turut dilengkapi dengan teknologi cerdas. Misalnya, pencahayaan otomatis dan TV pintar.
Setiap kamar juga dilengkapi "smartbed" yang dapat berubah menjadi sofa dengan menekan sebuah tombol.
Menurut Daly, dengan luas kamar tak terlalu besar, sekitar 14 meter persegi, teknologi yang ada diharapkan mampu memaksimalkan ruang.
Ia mengklaim, meskipun kamarnya tak terlalu luas, Yotel memiliki keunggulan lain, khususnya lokasi strategis. Tarifnya pun diklaim dia relatif murah. Dari 610 kamar, tarif terendah per kamar adalah 164 dollar Singapura (sekitar Rp 1,6 juta).
Dengan jumlah kamar yang tersedia, Yotel saat ini mempekerjakan sekitar 140 orang. Perusahaan berencana untuk meningkatkan jumlah staf menjadi 180 orang dalam tiga bulan ke depan.
Daly menambahkan, penggunaan teknologi dapat membuat Yotel bertahan dengan jumlah staf lebih ramping dibandingkan hotel lainnya.
Menurut dia, sebuah hotel konvensional dengan jumlah kamar yang sama, biasanya memerlukan staf dua atau tiga kali lipat lebih banyak daripada Yotel.
"Efisiensi amat dilaksanakan di meja depan. Otomasi lainnya dengan penerapan teknologi robotik untuk membantu pelayanan kami,” ujarnya.
Terkait tingkat okupansi hotelnya, Daly memilih merahasiakannya. Namun, ia menyebutkan bahwa mayoritas tamu berasal dari Asia Tenggara dan berusia antara 25 sampai 45 tahun.
Persaingan digital
Pada hotel lainnya, merangkul teknologi tampaknya menjadi suatu kewajiban pada era saat ini. Utamanya, dalam menggaet wisatawan muda yang kian lekat dengan teknologi.
Persaingan pun juga datang dari aplikasi daring semisal Airbnb, maupun tantangan biaya kerja dan lain sebagainya.
“Status Singapura sebagai destinasi favorit serta geliat teknologi informasi menarik banyak pemain baru untuk mendiferensiasi layanan. Itu bagus untuk mendorong pasar hotel Singapura tetap menarik,” ungkap Rudolf Hever, Direktur Perhotelan Savills Singapura.
Baca juga: Bisnis Hotel Singapura Tumbuh Berkat Turis China
Menurut Hever, dengan kemajuan teknologi, fokus kini bertitik berat pada perangkat lunak, bukan semata infrastruktur yang berisiko usang dalam tempo cepat.
Karena itu, selain cepatnya akses internet, proses check in tanpa kertas menjadi sesuatu hal yang banyak dilakukan oleh hotel.
Pengenalan aplikasi itu sejak tiga tahun lalu juga membuat tamu dapat memakai ponsel cerdas sebagai kunci kamar.
Selain itu, di jaringan Accorhotels, tamu diperbolehkan untuk check in secara daring dua hari sebelum kedatangan mereka.
Untuk check out, tamu dapat menjatuhkan kunci kamar di kotak ekspres dan memilih agar tagihan dikirim melalui email.
Adi Satria, Vice President of Sales Marketing & Distribution Accorhotels untuk Singapura, Indonesia, dan Malaysia mengatakan, prosedur registrasi daring mampu mengurangi waktu check in rata-rata 3 sampai 5 menit untuk setiap tamu.
Ia menambahkan, proses check out yang cepat membantu menurunkan biaya cetak dan kertas sekitar 100 sampai 150 dollar Singapura per bulan.
Terkait perang teknologi dalam hotel, Hever mengatakan, hal itu sejalan dengan kecenderungan hotel untuk mengurangi tenaga kerja dan condong pada peningkatan otomasi.
Ke depan, hotel dapat memanfaatkan teknologi lain, termasuk pengenalan wajah untuk mengetahui lebih banyak preferensi pelanggan sebelum check in.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.