JAKARTA, KompasProperti - Pasar properti, khususnya apartemen, belum bisa dikatakan membaik. Seluruh indikator yang selama ini dijadikan acuan pergerakan pasar, seperti tingkat serapan atau penjualan, dan harga tidak benar-benar beranjak dari titik terendah.
Hal itu tecermin dari riset Colliers International Indonesia yang menunjukkan kenaikan harga pada Triwulan III-2017 hanya 1 persen. Sementara secara tahunan tak lebih dari 4,6 persen menjadi rata-rata Rp 32,7 juta per meter persegi.
Stagnannya pertumbuhan harga ini, menurut Menurut Associate Director Research Colliers International Indonesia Ferry Salanto, karena penjualan juga sedang lesu. Dan ini sudah lama terjadi.
Tahun-tahun sebelumnya, kata Ferry, kenaikan harga bisa mencapai 10 sampai 15 persen, sekarang kurang dari 5 persen.
Dari total pasokan apartemen baru sebanyak 15.277 unit, terserap 85,6 persen. Padahal, jumlah pasokan ini jauh lebih rendah ketimbang proyeksi Colliers pada awal tahun sekitar 21.167 unit.
"Kondisi ini, membuat investor menahan uangnya. Sementara bagi pembeli end user, kesulitan untuk membeli karena terbentur tingginya uang muka atau down payment (DP) dan cicilan per bulan," kata Ferry.
Namun demikian, tidak semua pengembang mengalami paceklik penjualan. Seperti diakui Ferry, ada beberapa pengembang yang menuai penjualan signifikan. Tetapi lebih banyak lagi yang mengalami penurunan.
Di antara yang mencatat penjualan maksimal adalah South Hills, di Jl Denpasar, Kuningan, Jakarta Selatan.
Proyek apartemen yang merupakan hasil kolaborasi usaha (KSO) Duta Regency Karunia Metropolitan Kuningan Properti ini sudah terjual 70 persen dari total 597 unit yang dipasarkan sejak 2016.
Komite Manajemen KSO Duta Regency Karunia Metropolitan Kuningan Properti Nicholas Tan menuturkan, hanya dalam kurun setahun proyek apartemen ini disambut antuasias pasar yang separuhnya merupakan pengguna akhir atau end user dan sisanya investor.
"Harganya pun naik sekitar 15 persen hingga 20 persen dari sebelumnya Rp 39 juta per meter persegi menjadi sekitar Rp 49 juta per meter persegi," ungkap Nicholas menjawab KompasProperti, Selasa (10/10/2017).
Dengan demikian, tinggal tersisa 30 persen atau sekitar 179 unit yang belum terjual, dan mulai dipasarkan pada Selasa (10/10/2017) ini.
Posisi harga jual adalah Rp 3 miliar untuk luas terkecil 68 meter persegi dan Rp 7 miliar untuk unit terluas 143 meter persegi.
Nicholas menjelaskan, produknya terserap pasar karena lokasinya strategis di kawasan internasional antarbangsa.
Karena lokasinya yang dikelilingi kantor kedutaan besar negara sahabat inilah, nilai sewa apartemen menjadi tinggi sekitar 1.500 dollar AS atau 2.000 dollar AS untuk tipe dua kamar tidur.