KompasProperti - Hidup di Jakarta memang serba salah. Baru keluar rumah, sudah langsung dihadang macet dan polusi di sana-sini.
Maju kena, mundur juga kena, begitulah ibarat dinamika kehidupan sehari-hari di Ibukota Indonesia ini. Tingginya polusi dan sampah berserakan menjadikan Jakarta bak rimba racun.
Polusi udara dan pencemaran akibat sampah sudah demikian merusak, baik di udara maupun di sungai. Tanah, air, dan udara tercemar berat. Tingkat kesehatan warga makin hari makin terancam memburuk.
Kanker, kerusakan paru paru dan sistem syaraf, gangguan jiwa dan berbagai masalah serius lain kini menghantui siapa saja yang tinggal di Jakarta. Berbagai upaya untuk membangun permukiman yang sehat oleh para pengembang pun seperti tampak sia sia.
Mereka hanya mampu membangun permukiman mewah dan nyaman, tapi apa daya melawan polusi yang sudah demikian hebat?
Ini semua tak lepas dari tingginya kepadatan penduduk. Kini, penduduk Jakarta telah mencapai mencapai 10,1 juta jiwa dan masih menunjukkan gejala terus melambung.
Maka, siapapun yang tinggal di Jakarta harus berhadapan dengan ancaman kesehatan lebih mengerikan di masa mendatang. Apalagi, air sungai sebagai menjadi sumber utama air minum terus tercemar.
Ancaman dari tanah juga tak kalah menakutkan. Sekitar 70 persen tanah di Jakarta telah tercemar limbah beracun berbahaya. Baca: 70 Persen Tanah DKI Tercemar Air Limbah.
Pembuatan septic tank yang asal jadi, dan pembuangan sampah secara serampangan adalah penyebab utamanya. Bayangkan, setiap hari Jakarta memproduksi 6000 ton sampah, yang sebagian bahkan sebagian besar dibuang secara sembarangan.
Tulis komentar dengan menyertakan tagar #JernihBerkomentar dan #MelihatHarapan di kolom komentar artikel Kompas.com. Menangkan E-Voucher senilai Jutaan Rupiah dan 1 unit Smartphone.
Syarat & Ketentuan