KompasProperti – Singapura dikenal sebagai negara dengan sistem transportasi massal mumpuni. Kenyamanan bermobilitas ditunjang pula dengan tata kota yang mengakomodasi kebutuhan para pejalan kaki.
Sebagai upaya untuk semakin memudahkan mobilitas warganya, pemerintah Singapura tengah gencar merombak peta jaringan mass rapid transit (MRT) yang terpampang di setiap stasiun.
Seperti dilansir laman Straits Times, Selasa (12/9/2017), peta baru tersebut akan menampilkan pilihan rute tercepat untuk mencapai suatu destinasi.
Tak berhenti di sana, informasi yang tercantum dalam peta baru ini lebih bervariasi. Termasuk mengenai berapa banyak kalori yang dibakar komuter saat memilih berjalan kaki ke suatu tempat.
Pemerintah Singapura juga menyiapkan peta dalam bentuk pamflet sehingga memudahkan komuter berjalan kaki jika terjadi gangguan layanan MRT.
Dengan kian rapatnya jaringan MRT di pusat kota, stasiun-stasiun yang berbeda jalur (line) pun menjadi dapat ditempuh dengan berjalan kaki.
Kondisi itu tentunya menguntungkan penumpang. Mereka dapat lebih cepat mencapai tujuan dengan berjalan kaki, dibandingkan harus transit berpindah jalur MRT.
Peta jaringan baru itu diberi nama Walking Train Map (WTM) dan direncakan terpasang di 19 stasiun MRT, termasuk Bugis, City Hall, Chinatown, Dhoby Ghaut, Esplanade, Little India, dan Raffles Place.
Adapun informasi perkiraan waktu didapatkan melalui serangkaian uji coba berdasarkan kecepatan berjalan rata-rata warga Singapura.
Sebagai contoh, seorang warga ingin menuju Raffles Place dari kawasan Telok Ayer. Jika memakai MRT, waktu yang dibutuhkan mencapai 23 menit. Itu disebabkan komuter harus transit dari Downtown Line ke East-West Line di stasiun MRT Bugis.
Namun, jika warga memilih untuk berjalan kaki, waktu yang dibutuhkan hanya sekitar lima menit atau sekitar empat kali lebih cepat dibandingkan naik MRT.
Baca juga: Benarkah Warga Jakarta Malas Jalan Kaki?
Para komuter menyambut baik hadirnya jaringan peta baru MRT. Mereka umumnya mengatakan bahwa fasilitas itu memudahkan mereka untuk mencari opsi terbaik sebelum bepergian.
Meski begitu, ada sejumlah usulan yang mencuat. Seorang ibu rumah tangga, Yeo Lay Hong (55), menganggap kecepatan berjalan setiap orang berbeda-beda. Ia mencontohkan, informasi waktu berjalan di peta antara stasiun Bugis dan Bras Basah adalah 10 menit.
"Anda harus berjalan cukup cepat untuk mencapainya dalam 10 menit. Orang tua mungkin memakan waktu lebih lama dari itu. Mungkin ada baiknya rentang waktu bisa diberikan, bukan tepat satu waktu saja," ujar Yeo.
Pihak LTA memastikan, seluruh umpan balik dari masyarakat akan dipertimbangkan. Segala upaya perbaikan turut dilakukan agar fasilitas WTM kian dapat diandalkan.
Park Byung Joon, ahli transportasi dari Singapore University of Social Sciences, mengatakan, peta baru MRT merupakan cara tepat untuk mendorong warga Singapura lebih senang berjalan kaki dan membudayakan gaya hidup sehat.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.