JAKARTA, KompasProperti - Hampir 50 persen pembeli rumah Tapis Indah Regency yang dikembangkan PT Borneo Paser Utama Tri Asmoro di Tanah Grogot, Paser, Kalimantan Timur, berasal dari kalangan informal.
Para pembeli ini tidak memiliki gaji atau penghasilan tetap per bulan seperti pegawai, sehingga bank cenderung sulit membuktikan kemampuan mereka dalam mencicil rumah.
Hal ini membuat para konsuman Tapis Indah Regency memilih untuk membayar cicilan ke pengembang melalui skema tunai bertahap.
"Pembeli kami banyak yang berprofesi sebagai pedagang dan petani. Kebetulan dari BTN (Bank Tabungan Negara) sangat sedikit memberi KPR untuk ini (pekerja informal)," ujar Direktur Utama PT Borneo Paser Utama Tri Asmoro saat Developer Gathering di Hotel Kempinski, Jakarta, Selasa (8/8/2017).
Ia mengatakan, BTN cenderung memprioritaskan kreditur dari kalangan pekerja dengan penghasilan tetap per bulan seperti pegawai negeri sipil (PNS) atau pegawai swasta.
Oleh sebab itu, Tri meminta BTN agar dapat meringankan syarat pemberian kredit terhadap para informal yang jumlahnya besar.
"Konsumen kami yang tengah menunggu persetujuan kredit dari BTN sampai 500 orang. Ini karena apa?" kata Tri.
Menurut dia, akibat proses di BTN yang memakan waktu, pembangunan rumah pun menjadi tertunda. Hal tersebut, kemudian memengaruhi arus kas perusahaan yang macet.
Selain itu, imbuh Tri, kesulitan para pembeli di daerah untuk membayar cicilan rumah melalui bank adalah karena minimnya jumlah kantor cabang.
"Tidak semua daerah itu ada BTN. Ada yang harus ke Balikpapan dan perjalanannya itu 5 jam," sebut Tri.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.