JAKARTA, KompasProperti - Tradisi mudik tiap tahun di Indonesia yang selalu jatuh saat Idul Fitri tidak hanya tentang pergerakan manusia.
Dalam kasus ini, aktivitas logistik juga dipikirkan. Selama ini yang bisa diatasi pemerintah adalah menahan pergerakan truk baik yang besar maupun kecil beberapa hari sebelum dan setelah Lebaran.
Tujuannya, agar jalanan lebih lengang untuk dilewati pemudik. Namun dari sisi pengusaha, tertahannya kendaraan logistik tentu berdampak pada kelancaran bisnisnya.
Menurut Ketua Umum DPP Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI), Yukki Nugrahawan Hanafi, Indonesia perlu belajar dari China.
"Di China itu, hampir 2 minggu libur saat Chinese New Year (Tahun Baru Imlek). Itu belum termasuk masa adaptasi sebelum dan sesudahnya," ujar Yukki saat diskusi "Menuju Arus Orang dan Logistik Nyaman di Masa Lebaran", di Jakarta, Jumat (28/7/2017).
Yukki melanjutkan, aktivitas produksi maupun bisnis di China bahkan baru berjalan normal satu bulan setelah Tahun Baru Imlek.
Padahal, seperti diketahui, China memiliki 8 pelabuhan terbesar di dunia. Sehingga saat Negeri Tirai Bambu ini menghentikan aktivitas perkonomian, terutama aktivitas ekspor-impor, hampir seluruh dunia akan terdampak.
"Jalan keluarnya bagaimana? Jadi sebulan sebelum Chinese New Year dan sebulan setelah Chinese New Year, kantor Sabtu-Minggu buka," kata Yukki.
Aturan ini tidak hanya disepakati bisnis di bidang logistik saja tetapi seluruh sektor seperti perbankan, untuk mengejar jadwal-jadwal pengiriman yang terhenti saat Imlek.
Industri yang terlibat juga tidak hanya yang besar, tetapi juga industri dengan produksi terbatas yang tetap dibutuhkan masyarakat.
"Hasilnya mereka bisa tuh dan enggak ada yang protes juga. Harusnya Indonesia bisa lah," tutur Yukki.