Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tahun Ini, Perumnas Bangun 500 Rumah di Bogor

Kompas.com - 18/07/2017, 23:35 WIB
Arimbi Ramadhiani

Penulis

JAKARTA, KompasProperti - Perum Perumnas merencanakan pembangunan perumahan menggunakan metode pracetak atau precast sebanyak 500 unit tahun ini.

Menurut Direktur Utama Perumnas Bambang Triwibowo mengembangkan rumah dengan teknologi pracetak bisa menghemat waktu dan tenaga.

"Kami akan coba di lahan-lahan kita yang landed (tapak) dan akan bangun di Cibungbulang, Bogor," ujar Bambang saat jumpa pers di Kantor Perumnas Regional 3, Klender, Jakarta Timur, Selasa (18/7/2017).

Dia menuturkan penggunaan teknologi pracetak merupakan inovasi dari Perumnas karena terinspirasi pembangunan rumah di Aceh setelah Tsunami.

Menurut Bambang, pembangunan rumah di daerah tersebut cukup cepat karena memang dibutuhkan masyarakat.

Ia juga mengklaim, rumah pracetak Perumnas tahan terhadap gempa. Selain itu, penggunaan teknologi pracetak juga dalam rangka Perumnas mendukung program Sejuta Rumah.

Ini adalah upaya Perumnas sebagai pengembang Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang ditunjuk pemerintah untuk memenuhi kebutuhan perumahan masyarakat.

Sementara itu, menurut Direktur Korporasi dan Pengembangan Bisnis Galih Prahananto di Cibungbulang, pengembangan 500 unit rumah tersebut adalah tahap awal.

"Kapasitas real estate itu 40 hektar. Kalau dikali 60 unit per hektar, berarti 2.400-2500 unit," jelas Galih.

Adapun Perumnas telah melakukan uji coba pada 2 rumah contoh pracetak. Hasilnya menunjukkan, penggunaan beton precast dengan tebal dinding 7 sentimeter pada rumah tapak ini dapat menurunkan harga konstruksi.

Sebelumnya, harga konstruksi sebesar Rp 1,8 juta per meter persegi menjadi berkisar Rp 1,2 juta hingga Rp 1,4 juta per meter persegi.

Sedangkan dari segi kesiapan, dinding beton pracetak ini memiliki tekstur halus dan siap pengecatan.

Selain mudah dan cepat pembangunannya, alat pracetaknya juga mudah dipindahkan.

"Alat ini bisa kita bawa kemana-mana. Artinya kalau di Kalimantan bikin di sana dan dibawa pakai kapal," jelas Bambang.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com