BOGOR, KompasProperti - Fenomena pusat perbelanjaan yang sepi sangat terasa di beberapa mal di Jakarta, misalnya Pasar Glodok dan Mangga Dua Square.
Beruntung, di kota penyangga seperti Bogor, sejumlah pusat perbelanjaan masih ramai oleh pembeli meski jumlahnya menurun.
Saat KompasProperti menyambangi Pusat Grosir Bogor (PGB), penjual dari kios-kios yang ada saling bersahutan untuk menarik pembeli. Hanya sejumlah kecil kios saja yang cukup ramai.
Lebih banyak kios yang penjualnya justru sibuk dengan gawai atau mengobrol satu sama lain karena tidak melayani pembeli sama sekali.
"Mungkin karena ini hari Jumat, jadi tidak terlalu ramai. Banyak toko juga belum buka. Sorean biasanya toko-toko baru pada buka," ujar Dwi, salah satu pemilik kios di PGB kepada KompasProperti, Jumat (14/7/72017).
Ia menuturkan, keputusan pemilik membuka toko lebih sore karena pengunjung lebih banyak yang datang selepas pukul 16.00 WIB.
Selain itu, pengunjung pada hari-hari biasa tidak sebanyak pada akhir minggu, seperti Sabtu dan Minggu.
Namun, ia mengakui, jika dibandingkan beberapa tahun lalu, saat ini pengunjung jauh berkurang.
"Ya kalau dibandingkan dulu-dulu masih lebih ramai. Sekarang kan banyak saingan juga, banyak mal baru," sebut Dwi.
Hal yang sama juga dirasakan penyewa kios lainnya yakni Lilis. Ia menceritakan sudah berjualan di PGB sejak 6 tahun lalu.
Menurut Lilis, menjajakan dagangan di PGB cukup berat bukan karena pengunjung sepi, tetapi karena biaya sewanya yang mahal. Selama ini, ia terhitung telah berpindah kios sebanyak 4-5 kali.
"Tadinya saya di kios dari (pengelola) PGB-nya, bisa Rp 17 juta (per tahun). Tapi memang besar kiosnya. Kalau (kios) yang (ditempati) ini Rp 9 juta. Hampir dua kali lipatnya," tutur Lilis.
Pertumbuhan kelas masyarakat
Penurunan minat pengunjung untuk datang ke pusat perbelanjaan tertentu, disebabkan karena kelas masyarakat secara keseluruhan sudah tumbuh.
Menurut Vice President Coldwell Banker Dani Indra Bhatara, pusat perbelanjaan di Bogor yang mulai ditinggalkan konsumen khususnya yang dari segi luasan lebih kecil.
"Di Bogor, mal-mal kecil modelnya trade center yang jual-jual kios itu mulai menurun karena orang lebih nyaman ke Botani Square dan Ekalokasari Plaza," jelas Dani.
Dahulu, kata dia, pusat perbelanjaan yang menyasar kelas menengah bawah mungkin ramai.
Tetapi, karena masyarakat sudah mulai teredukasi dan meningkat kelasnya, kebutuhan untuk berkunjung mal bergeser.
Banyak warga Bogor yang justru mendatangi mal di Jakarta, misalnya Puri Indah Mall atau Taman Anggrek karena merasa tidak terpenuhi kebutuhan sesuai kelasnya di beberapa pusat belanja di Bogor.
"Alhasil mal yang menargetkan menengah bawah atau mal-mal lama dan mereka (pengelola) tidak berubah itu ditinggalkan konsumen," ucap Dani.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.