JAKARTA, KompasProperti - Pengamat sekaligus Ketua Inisiatif Strategis untuk Transportasi (Instran) Darmaningtyas menilai penyelenggaraan mudik dan balik Lebaran 2017 jauh lebih baik dibanding tahun lalu.
"Pemerintah belajar dari kesalahan tahun 2016. Ada banyak perbaikan-perbaikan yang dilakukan. Termasuk koordinasi, komunikasi, sinergi, sinkronisasi, dan sosialisasi kebijakan," tutur Darmaningtyas kepada Tim Merapah Trans-Jawa Kompas.com dan Otomania.com, Sabtu (1/7/2017).
Dia melanjutkan, koordinasi dan komunikasi lintas sektor dan instansi pemangku kepentingan berjalan lancar. Mulai dari Kepolisian Republik Indonesia (Polri), Kementerian Perhubungan, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Basarnas, hingga Kementerian Kesehatan (Kemenkes).
Bahkan, Menkes ini kata Darmaningtyas, terhitung rajin turun ke bawah, mengecek kondisi lapangan. Demikian halnya dengan Kepala Polri (Kapolri).
Parameter lainnya penyelenggaraan mudik dan balik Lebaran tahun ini dikatakan lebih baik adalah turunnya tingkat fatalitas atau kecelakaan yang menelan korban meninggal dunia.
"Meskipun tetap ada kecelakaan, namun korban meninggal dunia tidak sebanyak tahun lalu," tambah Darmaningtyas.
Dia menyebut, jika tahun lalu tingkat fatalitas hingga H+6 mencapai lebih dari 500 kasus, tahun ini di bawah 400 kasus.
Banyak istirahat
Darmaningtyas sendiri yang melakukan perjalanan mudik ke Bumi Ayu, Jawa Tengah, membutuhkan waktu 18 jam pada Jumat (24/6/2017) malam.
Waktu tempuh 18 jam tersebut, kata dia, bukan karena macet di jalan, melainkan banyak beristirahat di rest area atau tempat istirahat (TI). Sementara tahun lalu karena macet total.
"Kami hanya mengalami kemacetan di Cikarang Utama-Karawang karena antrean kendaraan menuju rest area KM 37, dan KM 57. Selepas itu, kondisi lalu lintas lancar," ucap dia.
Sementara saat arus balik pada Kamis (29/6/2017) malam, Darmaningtyas juga merasakan kelancaran arus lalu lintas yang sama.
Kepadatan hanya terjadi saat memasuki jalan layang Klonengan. Selepas itu, lancar jaya karena petugas kepolisian memberlakukan rekayasa lalu lintas berupa contra flow.
Pekerjaan rumah
Kendati secara umum penyelenggaraan mudik dab balik Lebaran 2017 dinilai baik, namun ada dua hal yang perlu diperhatikan pemerintah dan pihak terkait secara seksama.
Kondisi jalur alternatif ini sangat memadai untuk dilewati kendaraan roda empat, mulus, dan dikelilingi panorama alam yang cantik.
"Tak banyak pemudik yang tahu dan memanfaatkan jalur alternatif ini. kalau saja Kementerian PUPR memperhatikan ini, tak akan terjadi lagi kemacetan total di jalur selatan Jawa," tambah dia.
Kemacetan yang terjadi di jalur selatan jawa, karena banyak pemudik menghindari Tol Trans-Jawa, agar tidak terjebak lagi seperti tragedi Brebes Timur Exit (Brexit) tahun lalu.
Karena itu, Darmaningtyas menyarankan Kementerian PUPR untuk mengembangkan jalur alternatif. Terutama di sekitar tol darurat Brebes Timur-Pemalang-Batang.
Jalur ini bisa dikembangkan mulai dari Slawi, Jatinegara (Pemalang), Randubalak, Banjarnegara, Purbalingga, hingga Gombong.
"Harus diterapkan pemberlakuan waktu istirahat maksimum dan pengaturan lalu lintas agar tidak mengganggu arus di sekitarnya," kata dia.
Sementara, kondisi arus mudik dan balik Lebaran 2017 di wilayah lain seperti Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi, juga dinilai lebih baik.
"Yang utama adalah Kementerian Perhubungan memaksimalkan kapasitas angkutan laut. Ini dilakukan agar pemudik tidak memaksakan diri naik kapal yang sudah sarat muatan," tuntas dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.