JAKARTA, KOMPAS.com – Kehadiran setiap bangunan, termasuk tempat ibadah, mempunyai cerita masing-masing. Hal itu juga berlaku untuk Masjid Sunda Kelapa yang berada di daerah Menteng, Jakarta Pusat.
Berawal dari keinginan warga sekitar agar dibangun masjid di daerah tersebut, kemudian mulai dilakukan pencarian lahan yang tersedia.
Saat itu ada dua pilihan tempat, yakni di Lapangan Persija, yang sekarang menjadi Taman Menteng; dan di Gedung Bappenas. Karena ternyata di dua tempat itu tidak memungkinkan, kemudian dipilih lokasi lain, yaitu di Taman Sunda Kelapa.
Akhirnya nama taman itu yang kemudian dipatenkan jadi nama masjid tersebut.
“Dulu itu penggeraknya Bapak HBR Motik yang mengusulkan pendirian masjid. Kemudian disetujui oleh gubernur. Pembangunan dilakukan pada 1970, dan diresmikan oleh Gubernur DKI Jakarta Ali Sadikin pada 31 Maret 1971,” ujar Sekretaris Pengurus Masjid Sunda Kelapa H Mulyadi pada Kompas.com, Jumat (23/6/2017).
Adapun luas tanah sekitar satu hektar, dan sebagian besar dijadikan masjid. Orang yang berperan sebagai arsiteknya yaitu Gustaf Abbas, dosen Fakultas Teknik UI kala itu.
“Arsitekturnya disesuaikan dengan daerah Menteng, terlihat dari bangunan yang kebanyakan beton. Serasi juga dengan gapura. Di sini juga tidak banyak tulisan Al Quran, bisa dilihat nanti,” ucapnya.
Dia mengatakan, pengaruh arsitektur dihubungkan dengan nama Sunda Kelapa sebagai pelabuhan. Kalau dilihat dari atas, masjid ini seperti perahu dan tidak ada kubah. Ibaratnya seperti orang berdoa, maksudnya supaya doa itu dikabulkan.
Kemudian, pada 2000, dibuat bangunan tambahan sebanyak lima lantai. Bangunan itu untuk kantor pengelola, ruang terpadu, ruang keuangan dan dakwah, serta sekolah TK dan SD. Namun, sekolah itu tidak ada hubungannya dengan sekolah yang ada persis di sebelah masjid.
“Di bagian depan juga ada rumah sehat, yang bekerja sama dengan satu media massa dan Baznas. Kalau fasilitas lain ada Aula Sakinah yang biasanya dipakai untuk resepsi pernikahan, sedangkan di masjid sendiri juga untuk akad nikah,” kata Mulyadi.
Untuk ibadah, kata dia, Masjid Sunda Kelapa bisa menampung hingga 1.000 jemaah. Bahkan dalam 10 malam terakhir pada bulan Ramadhan, jumlahnya bisa sampai 6.000 jemaah sehingga menempati lapangan futsal dan kantor pengelola.
“Di bulan Ramadhan ini, selain kami punya enam imam, ada juga dua imam yang didatangkan langsung dari Madinah. Mereka imam untuk tarawih, jadi jemaah enggak usah jauh-jauh ke Mekkah,” tuturnya sambil tertawa.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.