"Kami masih melakukan negosiasi. Kami harap tidak ada yang dirugikan," tutur David.
Mengatrol perekonomian
Ali dan David mengakui, pembangunan infrastruktur juga berdampak pada perekonomian sekitar kawasan.
"Sudah banyak didirikan bisnis-bisnis rumahan atau usaha kecil menengah (UKM) seperti kios makanan, bengkel, bahkan hotel sudah ada di sekitar Bawen-Salatiga. Kendati tidak ada angka resmi, namun secara kasat mata bisa terlihat perbedaannya," kata Ali.
Selain itu, warga yang menggunakan tol ini juga bisa menghemat waktu. Semarang-Solo hanya 40 menit melalui tol.
Demikian halnya di sekitar ruas Solo-Sragen yang menurut David telah berubah 180 derajat. Kawasan ini lebih ramai, banyak "turis lokal" yang menyambangi tol ini karena ada Jembatan Klodran yang sangat menarik perhatian.
"Mereka datang setiap hari, pagi hingga sore. Jembatan Klodran tak pernah sepi pengunjung. Apalagi kalau Jumat malam, Sabtu dan Minggu, jadi destinasi wisata," cetus David.
Alhasil, banyak bertumbuh pedagang-pedagang kaki lima yang menjajakn dagangan dan jasanya. Tak hanya itu, bisnis properti pun ikut terdongkrak.
Di beberapa titik, terdapat perumahan baru yang diperuntukan bagi kelas menengah dengan harga bervariasi mulai dari Rp 300 juta hingga Rp 800 juta per unit.
David mengatakan, pengembangan infrastruktur akan selalu melibatkan beragam jenis bisnis dan industri.
Perkembangannya pun terjadi demikian cepat. Di satu sisi perubahan ini bisa diterima positif, terlebih bila warga mendapat manfaat demikian besar dari pembangunan ini.
Namun, di sisi lain, kata David, harus ada upaya untuk menekan dampak negatif seminimal mungkin.
"Dampak negatifnya perubahan tata ruang. Tapi kami berharap perubahan tata ruang ini tidak terjadi secara sporadis, namun sesuai dengan aturan," tambah dia.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.