Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bernardus Djonoputro
Ketua Majelis Kode Etik, Ikatan Ahli Perencanaan Indonesia (IAP)

Bernardus adalah praktisi pembiayaan infrastruktur dan perencanaan kota. Lulusan ITB jurusan Perencanaan Kota dan Wilayah, dan saat ini menjabat Advisor Senior disalah satu firma konsultan terbesar di dunia. Juga duduk sebagai anggota Advisory Board di Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan, Institut Teknologi Bandung ( SAPPK ITB).

Selain itu juga aktif sebagai Vice President EAROPH (Eastern Region Organization for Planning and Human Settlement) lembaga afiliasi PBB bidang perencanaan dan pemukiman, dan Fellow di Salzburg Global, lembaga think-tank globalisasi berbasis di Salzburg Austria. Bernardus adalah Penasehat Bidang Perdagangan di Kedubes New Zealand Trade & Enterprise.

Teror, Kalangan Elite, dan Kota Layak Huni

Kompas.com - 29/05/2017, 18:00 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorHilda B Alexander

Peremajaan kota dan bangunan yang ketat, penciptaan ruang publik berkualitas dan sarana prasarana pro-warga yang nyata.

Sore menjelang, saya bergeser bersama puluhan ribu warga menuju stadion utama, Melbourne Cricket Ground yang megah.

Tak kurang sejumlah 85.000 orang tertib mendukung dua tim bertetangga, Richmond Tiger dan Essendon Bombers.

Warga pun riang gembira, bar di seantero stadion terus melayani bir dan anggur bagi para dewasa tanpa drama. Anak-anak riang gembira dengan seragam dan atribut tim masing-masing.

Dan bayangan di benak pun berseliweran, membayangkan pertandingan klasik jagoan kotaku Persib Bandung melawan Persebaya Surabaya. 

Di antara keriangan, tak bisa dipungkiri ada rasa kecut di pojok hati. Membayangkan apa yang akan terjadi, bila insiden Manchester dan Kampung Melayu terjadi malam ini?

Pertanyaan bergelut. Harus seperti apakah kota layak huni? Bagaimana kita melepaskan diri dari cengkeraman rasa takut, dan terhindar dari cengkeraman kekuatan kapital yang berselingkuh dengan elite?

Mahzab Kota Layak Huni Indonesia

Perdebatan moral di kalangan perencana kota dunia terus mewarnai mahzab perencanaan kota layak huni.

KOMPAS.COM/Alek Kurniawan Bazaar di Taman Kalijodo yang menjual berbagai makanan, minuman dan pakaian. Bazaar ini tak selalu ada setiap hari, hanya hari-hari tertentu misalnya akhir pekan dan libur panjang.
Sudah saatnya para wali kota dan pemerintah pusat pemangku kepentingan Agenda Baru Perkotaan Indonesia tampil dan berdiri tegak.

Saat ini sedang disusun State of Indonesian Cities, rangkaian telaahan dan potret diri kota-kota Indonesia.

Para perencana diminta untuk terbuka, jujur, dan inovatif dalam melakukan evaluasi filosofis, maupun menyiapkan fatwa mazhab kota layak huni Indonesia ke depan.

Selain itu, perlu suatu gerakan warga untuk peduli dan terlibat dalam menciptakan kotanya yang aman, nyaman dan berkelanjutan.

Gerakan "Kota Indonesia Layak Huni" perlu dibudayakan di kalangan warga dan para milenial pemilik masa depan.

KOMPAS.com/DENDI RAMDHANI Suasana pada salah satu taman di Kota Bandung.
Pertengahan tahun ini Ikatan Ahli Perencanaan (IAP) akan menyelenggarakan survei 2 tahunan, Indonesia Most Livable City Index untuk ke-4 kalinya.

Ini merupakan kesempatan emas bagi kolaborasi warga dan teknokrat dalam penciptaan kota kota yang lebih layak huni.

Angan dan asa kita pun tak perlu terlalu jauh berandai-andai untuk melakukan redefinisi kota layak huni.

Melbourne, Manchester dan Kampung Melayu, kini menjadi satu. Satu nilai, nilai usaha warga untuk terus mencari ruang hidup yang layak, nyaman dan berkelanjutan.

Bagaimana para wali kota dan para perencana? Siapkah?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com