UNGARAN, KompasProperti - Badan Pengelola Jalan Tol (BPJT) diminta untuk meninjau ulang tarif Tol Semarang-Bawen menyusul banyaknya kecelakaan di jalan arteri yang melibatkan truk angkutan barang.
Berdasarkan data Satlantas Polres Semarang dari Januari hingga April 2017 tercatat sedikitnya 176 kasus kecelakaan di wilayah Kabupaten Semarang.
Dari angka itu sebanyak 98 kasus berada di Jalur Semarang-Bawen, 22 kasus di Jalur Bawen-Ambarawa, dan 26 kasus di Jalur Bawen-Salatiga.
Sedangkan koban jiwa selama Januari sampai April ini ada 238 korban, terdiri dari 48 korban jiwa, empat korban luka berat dan 186 korban luka ringan.
Menurut Kanit Laka Polres Semarang, Ipda Mahfudi kerugian materiilnya mencapai hampir Rp 90 juta.
Oleh karena itu, Kabid Lalu Lintas Dinas Perhubungan (Dishub) Kabupaten Semarang, Djoko Noerjanto menyampaikan keluhan dari para supir angkutan barang mengenai mahalnya tarif tol Semarang-Bawen.
Hal itu menjadi alasan para supir lebih memilih jalan arteri ketimbang jalan tol. Akibatnya, di sepanjang alan arteri di wilayah Kabupaten Semarang beberapa bulan terakhir kerap terjadi kecelakaan yang melibatkan angkutan barang.
Tidak hanya korban materi ataupun jiwa, akibat kecelakaan truk angkutan barang ini bisa memicu kemacetan yang cukup lama sehingga aktivitas masyarakat terganggu.
Menurut Djoko, kepadatan arus lalu lintas di jalan arteri akan berkurang jika kendaraan angkutan barang melewati jalan tol. Hal ini bakal berbanding lurus dengan menurunnya angka kecelakaan di jalan raya.
"Saya tanyakan, kalau bisa ditinjau ulang angkutan barang supaya masuk tol. Sehingga mengurangi kepadatan arus lalu lintas yang ada di jalan arteri, resiko kecelakaan juga akan menurun. Mudah-mudahan ditindaklanjuti," imbuhnya.
Berdasarkan pengamatan Djoko, sejauh ini minat awak angkutan barang untuk memanfaatkan ruas Tol Ungaran-Bawen masih kurang.
"Beberapa supir yang kita tanyai mengeluhkan tarifnya mahal. Ada juga yang beralasan tidak ada tempat istirahatnya," jelasnya.
Jika tarif tol murah, ia yakin makin banyak awak angkutan barang yang masuk ke jalan tol sehingga secara otomatis pendapatan PT Trans Marga Jateng (TMJ) selaku pengelola jalan tol Semarang-Solo juga akan naik.
"Walaupun tarif murah yang melintas banyak, otomatis pemasukan TMJ jadi lebih cepat," ucapnya.
"Kami sifatnya hanya membantu, nanti kami koordinasikan dengan Satlantas," ujarnya.
Menurut Djoko, jika kebijakan pembatasan jam melintas bagi kendaraan berat dan angkutan barang diberlakukan, harus disiapkan kantong-kantong parkir.
Terminal angkutan barang
Sedangkan Pemkab Semarang hingga saat ini belum berhasil mewujudkan terminal angkutan barang.
Pemkab Semarang sejatinya berhasrat punya tempat yang luas di beberapa koridor, seperti di kawasan Jambu dengan lahan seluas dua hektar untuk terminal angkutan barang.
"Ini untuk membatasi pergerakan kendaraan berat pada jam sibuk seperti jam berangkat kerja dan anak sekolah, truk masuk ke situ. Nanti setelah pada jam puncak selesai, baru diperbolehkan melintas," terangnya.
Sedikitnya ada lima titik terminal angkutan barang yang harus dibangun guna mendukung kelancaran arus lalu lintas dan barang di Jawa Tengah.
Kelima titik terminal angkutan barang ini di antaranya di Jambu, Bergas, Bawen, Ungaran dan Tengaran.
"Sesuai dengan cetak biru rencana induk transportasi ada lima titik. Mana-mana yang terlebih dahulu kami sediakan prasarananya," imbuhnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.