Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ini Kendala yang Bikin Indonesia Kalah Saing

Kompas.com - 18/05/2017, 18:00 WIB
Arimbi Ramadhiani

Penulis

TANGERANG, KompasProperti - Kasubdit Teknologi Konstruksi dan Produksi Dalam Negeri Bina Kelembagaan dan Sumber Daya Konstruksi, Direktorat Jenderal (Dirjen) Bina Konstruksi, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Ati Nurzamiati mengutarakan kondisi umum yang terjadi mengenai pemenuhan material maupun peralatan konstruksi.

Kondisi umum ini adalah kekurangan dan ketertinggalan yang membuat Indonesia kalah bersaing dengan negara tetangga di kawasan regional Asia Tenggara.

Kondisi pertama, Ati menyebut, adalah saat permintaan kuantitas, kualitas, waktu, dan lokasi alat berat belum terumuskan dengan baik.

"Oleh karena itu, Kementerian PUPR sedang membuat sistem informasi tentang alat berat, terutama sistem registrasi alat berat," ujar Ati Technotalk 2017: Heavy Automation with Smart Technology to Support Green Infrastructure in Indonesia, di Indonesia Convention Exhibition (ICE) BSD City, Tangerang, Kamis (18/5/2017).

Ati menjelaskan, sistem informasi ini akan membantu daerah-daerah yang tidak memiliki alat berat.

Dia mencontohkan, di Jawa Barat harus didata jumlah ekskavator di masing-masing kota. Ketika Bandung memiliki kelebihan ekskavator yang sedang tidak digunakan, sementara Cianjur sedang membutuhkan, alat berat ini bisa didatangkan dari Bandung.

Kendala kedua adalah penggunaan alat berat cenderung terkonsentrasi pada waktu tertentu.

"Biasanya penggunaan pas waktu tertentu adalah pembangunan di dalam negeri yang didanai oleh dana pemerintah," kata Ati.

Kalau di Jakarta, tambah dia, mungkin memang banyak yang dibiayai sektor swasta, namun pada umumnya di seluruh Indonesia, pembangunan tergantung pemerintah.

Karena bergantung pada pemerintah, penggunaan alat berat disesuaikan dengan waktu anggaran turun, yakni Maret-November.

Kendala selanjutnya adalah pengelolaan bahan baku dalam negeri terhambat oleh teknologi sehingga lebih banyak ekspor.

Kemudian, biaya logistik di dalam negeri masih lebih mahal dibandingkan negara berkembang lainnya.

"Ini sekarang kalau ada kenaikan listrik akan memengaruhi biaya produksi. Ketika biaya produksi naik akan pengaruh juga nanti ke pemasarannya sendiri," sebut Ati.

Biaya energi listrik dalam negeri relatif lebih mahal sehingga memengaruhi biaya produksi. Dengan dimikian, harga produk dalam negeri kalah bersaing dengan produk impor.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com