JAKARTA, KompasProperti - Selain harga lahan selangit, faktor lain yang menjadi penyebab utama mahalnya harga hunian, terutama apartemen strata (kondominium) di Jakarta, adalah aksi investasi.
Betapa tidak, menurut Director Research and Advisory Cushman and Wakefield Indonesia, Arief Rahardjo, dari total pasokan apartemen 201.629 unit per Maret 2017, sekitar 70 persen di antaranya dikuasai investor.
"Karakter pasar apartemen kita memang berbeda. Investor masih menguasai pembelian apartemen," ujar Arief menjawab KompasProperti, Senin (10/4/2017).
Investor ini tentu saja mengharapkan keuntungan dari unit-unit apartemen yang mereka sewakan kembali.
Setiap tahun harga apartemen mengalami kenaikan. Meski saat ini pertumbuhan harga hanya 8 persen dari sebelumnya 20 persen pada 2015, namun diyakini akan naik kembali saat pasar pulih.
Sinyalemen tersebut ada dari banyaknya proyek-proyek apartemen baru yang diluncurkan pada kuartal I-2017.
Proyek-proyek baru ini, dalam catatan Cushman and Wakefield dua kali lebih banyak ketimbang apartemen yang baru saja rampung pembangunannya.
Hal senada dikatakan Senior Associate Director Research Colliers International Indonesia Ferry Salanto yang mengungkapkan terdapat setidaknya lima proyek apartemen baru di Jakarta.
Pengembangnya adalah PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE), PT Mahardika Gagas Sejahtera, PT Sindeli Propertindo Abadi, dan PT Duta Paramindo Sejahtera.
"Alasan mereka tak lepas dari fakta bahwa Jakarta adalah kawasan padat penduduk dengan kebutuhan hunian demikian tinggi," kata Ferry.
Apartemen yang ditawarkan tersebut, dibanderol dengan rentang harga mulai dari termurah Rp 11 juta per meter persegi hingga termahal Rp 56,5 juta per meter persegi.
Berikut lima proyek apartemen baru di Jakarta yang dilansir kuartal I-2017: