Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ini Dua Penyebab Kemacetan di Jakarta

Kompas.com - 23/03/2017, 20:14 WIB
Ridwan Aji Pitoko

Penulis

JAKARTA, KompasProperti - Institute for Transportation and Development Policy (ITDP) Indonesia menengarai ada dua hal penyebab kemacetan di Jakarta yang tak kunjung dapat terurai.

Pertama berkaitan dengan kebijakan subsidi bahan bakar minyak (BBM) yang sering dilakukan pemerintah sejak rezim kepemimpinan Presiden Soeharto.

Ketua ITDP Indonesia Yoga Adiwinarto menilai subsidi BBM hanya menguntungkan para pengguna kendaraan pribadi.

Padahal banyaknya kendaraan pribadi yang melintas di jalan dianggap menjadi penyebab kemacetan dan itu diberikan insentif oleh pemerintah.

"Semestinya yang menjadi solusi ini diberikan insentif bukan masalahnya. Artinya, subsidi dan investasi untuk angkutan umumlah yang mesti dibesarkan," jelas Yoga kepada KompasProperti, Selasa (21/3/2017).

Saat ini, lanjut Yoga, kecenderungan pemerintah adalah terus menstimulasi tumbuhnya para pengguna kendaraan pribadi dengan menyubsidi BBM dan tidak memberikan subsidi terhadap angkutan umum.

KOMPAS.com/PALUPI ANNISA AULIANI Kemacetan di area konstruksi Simpang Susun Semanggi, Kamis (2/3/2017) dini hari.
Kendati kini pemerintah telah memberikan perbaikan pada TransJakarta dan kereta komuter, Yoga menilai hal tersebut sedikit terlambat karena baru dilakukan dalam beberapa tahun terakhir.

Kemudian penyebab kedua adalah masalah kelonggaran tentang sistem parkir di ibu kota.

Indonesia, khususnya Jakarta masih melihat ruang parkir sebagai salah cara untuk bisa mengeruk uang dengan mudah mengingat banyaknya pengguna kendaraan pribadi.

Yoga pun meminta Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menengok apa yang terjadi di kota-kota Eropa terkait kebijakan tentang ruang parkir.

"Di Eropa, ruang parkir itu dibatasi dan mereka melihat bahwa lahan itu akan lebih bermanfaat jika dijadikan hunian, perkantoran, atau bahkan ruang terbuka hijau (RTH) ketimbang dijadikan ruang parkir," pungkasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau