Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kantor Pemerintah Tidak Harus Berada di Lokasi Strategis

Kompas.com - 16/03/2017, 11:14 WIB
Arimbi Ramadhiani

Penulis

JAKARTA, KompasProperti - Aset-aset lahan milik pemerintah yang tersebar di seluruh Indonesia, sejatinya berada di lokasi-lokasi strategis dan semestinya dapat dikembangkan lebih lanjut.

Hal ini sudah terjadi di negara-negara seperti Australia, Amerika Serikat, dan Malaysia. Mereka memisahkan antara lahan-lahan untuk pusat pemerintahan dan pusat bisnis.

Sementara di Indonesia, khususnya DKI Jakarta, justru "dikondisikan"  memiliki fungsi keduanya.

Tak heran bila banyak kantor pemerintah berada di lahan-lahan strategis, dan produktif yang semestinya bisa dioptimalkan sebagai pusat aktivitas perdagangan atau jasa.

"Banyak badan usaha milik negara (BUMN) dan kantor pemerintahan yang memiliki sejumlah aset di Jakarta dan letaknya cukup strategis," ujar CEO Leads Property Service Indonesia Hendra Hartono, saat jumpa pers peluncuran Indonesia Property Awards 2017, Rabu (15/3/2017).

Menurut Hendra, tanah-tanah yang dimiliki negara seperti DPR di Senayan misalnya, juga berada di lokasi strategis.

Belum lagi di sepanjang Jalan Jenderal Sudirman ada dua kantor kementerian, yakni Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan serta Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara.

Padahal kata Hendra, Jalan Sudirman merupakan lokasi premium yang bisa dimanfaatkan sebagai lahan pembangunan gedung tinggi atau high rise dan menjadi tempat aktivitas bisnis.

"Tanah-tanah itu bukannya idle, tapi apa perlu kantor pemerintah di lokasi sestrategis itu dengan kemungkinan bisa dioptimalkan secara bisnis," jelas Hendra.

Khusus BUMN, terbuka kesempatan untuk mencari keuntungan sebanyak-banyaknya meski tidak boleh menjual aset.

Dengan demikian, ini membuat banyak BUMN masuk ke sektor properti untuk mengoptimalkan asetnya.

Masa jabatan singkat

Meski begitu, ada beberapa kendala bagi BUMN untuk ikut menggarap bisnis properti, terlebih jika ingin bekerja sama dengan investor asing.

Salah kendala ini adalah karena masa manajemen direksi atau pimpinan BUMN yang hanya 5 tahun.

www.shutterstock.com Ilustrasi.
"Bicara pembangunan properti, kalau mau ajak investor mungkin perlu waktu 3 tahun untuk pembicaraan di internal perusahaan investor sampai keluar dana," tutur Hendra.

Seperti diketahui, untuk membangun gedung di area-area premium, biaya yang dibutuhkan tidak hanya berkisar di angka miliaran, tetapi mencapai triliunan rupiah.

Hendra mencontohkan, gedung dengan luas 25.000 meter persegi di segitiga emas (CBD) beberapa tahun lalu mungkin bisa dibangun dengan biaya Rp 300 miliar.

Namun sekarang, untuk luas gedung yang sama, dibutuhkan minimal Rp 1 triliun.

"Dengan uang triliunan itu investor asing maupun lokal yang ingin bekerja sama dengan BUMN, harus mikir funding-nya dari mana," kata Hendra.

Setelah dapat diputuskan dalam waktu 3 tahun, lanjut Hendra, masih ada tahap perencanaan yang memakan waktu lebih dari setahun.

Pada akhirnya, saat memasuki tahun ke-4, direksi BUMN yang bertanggung jawab atas kerja sama tersebut, sudah akan lepas jabatan.

Sementara direksi selanjutnya belum tentu mau meneruskan kerja sama tersebut.

"Beda manajemen, beda lagi visinya. Siklus ekonomi juga beda lagi prioritasnya. Tapi, terlepas dari itu, apa BUMN menjanjikan, yes, karena lokasinya strategis," tutup Hendra.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Bangli: Pilihan Ekonomis

Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Bangli: Pilihan Ekonomis

Perumahan
Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kota Probolinggo: Pilihan Ekonomis

Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kota Probolinggo: Pilihan Ekonomis

Perumahan
Dua Raksasa Properti Kembali Berkongsi Bangun Klaster Baru di BSD City

Dua Raksasa Properti Kembali Berkongsi Bangun Klaster Baru di BSD City

Berita
Jalan Terbentuknya Kementerian Perumahan, UU 39/2008 Perlu Direvisi

Jalan Terbentuknya Kementerian Perumahan, UU 39/2008 Perlu Direvisi

Berita
Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Banyuwangi: Pilihan Ekonomis

Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Banyuwangi: Pilihan Ekonomis

Perumahan
Okupansi Pergudangan Modern Jabodetabek Stabil di Angka 90 Persen

Okupansi Pergudangan Modern Jabodetabek Stabil di Angka 90 Persen

Berita
Bakal Hadiri Acara WWF, AHY: Air dan Tanah Tak Bisa Dipisahkan

Bakal Hadiri Acara WWF, AHY: Air dan Tanah Tak Bisa Dipisahkan

Berita
[POPULER PROPERTI] Plus Minus Tandon Air Atas dan Bawah

[POPULER PROPERTI] Plus Minus Tandon Air Atas dan Bawah

Berita
Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Situbondo: Pilihan Ekonomis

Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Situbondo: Pilihan Ekonomis

Perumahan
Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Jombang: Pilihan Ekonomis

Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Jombang: Pilihan Ekonomis

Perumahan
Pulang Dinas dari AS, AHY Sayangkan Investor Kabur karena Masalah Tanah

Pulang Dinas dari AS, AHY Sayangkan Investor Kabur karena Masalah Tanah

Berita
Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Sampang: Pilihan Ekonomis

Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Sampang: Pilihan Ekonomis

Perumahan
Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Trenggalek: Pilihan Ekonomis

Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Trenggalek: Pilihan Ekonomis

Perumahan
Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Sumenep: Pilihan Ekonomis

Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Sumenep: Pilihan Ekonomis

Perumahan
Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Bondowoso: Pilihan Ekonomis

Perumahan Terjangkau di Bawah Rp 200 Juta di Kabupaten Bondowoso: Pilihan Ekonomis

Perumahan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com