GRESIK, KompasProperti - Proses pengerjaan perbaikan Jalan Raya Manyar, Gresik, Jawa Timur yang berlarut-larut, membuat warga dan para pengguna jalan setempat terkena dampak buruk.
Tidak hanya menyebabkan kemacetan panjang, namun juga debu dan material berbahaya lain yang beterbangan.
Debu ini berasal dari proses peninggian jalan raya yang dilakukan oleh Balai Besar Pelaksana Jalan Nasional (BBPJN) Wilayah VIII, pada pertengahan Februari 2017.
“Saking tebalnya debu, membuat sepanjang jalan jadi terlihat mirip gurun pasir. Dan itulah yang kini kami alami sekarang, memang jalan raya tak lagi berlubang, tapi berdebu,” ujar Muhammad Amilul Azis (25), warga Desa Betoyo, Kecamatan Manyar, Gresik, kepada KompasProperti, Rabu (8/3/2017).
Kawasan itu sebelumnya dikenal dengan sebutan wisata “Jeglongan Sewu”, untuk menggambarkan betapa rusak dan banyak berlubang jalannya.
Bahkan, sempat menjadi perbincangan hangat warga Gresik dan Pantai Utara Jawa (Pantura) pada awal tahun 2016.
Namun kini, banyaknya lubang yang ada di sekitar jalan tersebut sudah tertutup dengan proses penimbunan pasir bercampur batu kapur halus.
“Tak ada lagi jeglongan sewu, yang ada gurun debu. Sudah lihat dan rasakan sendiri kan bagaimana debu berterbangan. Satu masalah berlalu, masalah lain kini menimpa kami. Ampun,” ucap Muhammad Zaini (58), warga Desa Betoyo, Kecamatan Manyar, Gresik yang lain.
Zaini sendiri menempati rumah di samping ruas jalan tersebut, sehingga setiap hari dia merasakan langsung dampak "gurun debu" yang masuk ke dalam rumahnya.
“Bukan lagi tiap hari Mas, tapi setiap saat kena imbasnya. Rumah pun jadi selalu kotor dari debu yang berasal dari jalan raya,” tambahnya.
Saat proses peninggian jalan dilakukan, kondisi di wilayah Gresik sedang berada dalam cuaca hujan. Gurun debu belum begitu dirasakan oleh warga maupun para pengguna jalan, hanya selepas turun hujan kondisi jalan menjadi seperti arena off road.
“Imbas dari banyaknya debu, sempat membuat warung kopi saya sepi dari pembeli. Karena konsumen merasa tidak nyaman untuk menikmati sajian. Bahkan jumlah konsumen sampai turun separuh, dibanding sebelum banyak debu yang berasal dari jalan,” tutur warga Betoyo yang lain Eko Budi Kanarto (28), yang membuka usaha warung kopi tidak jauh dari lokasi.
Ia pun mengaku, sempat melakukan usaha sendiri untuk meredam debu, dengan melakukan penyiraman menggunakan selang dari air PDAM miliknya. Meski demikian, usaha itu menambah bengkak pengeluarannya.