Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Enam Bangunan Ini Merevoulusi Industri Konstruksi (I)

Kompas.com - 07/03/2017, 10:24 WIB
Ridwan Aji Pitoko

Penulis

Sumber WEFORUM

KompasProperti - World Economic Forum (WEF) membuat daftar enam bangunan di dunia yang konstruksinya menerapkan inovasi terkait pemenuhan kebutuhan menghadapi tantangan-tantangan industri, sosial, dan populasi.

Berikut ini bagian pertama dari dua tulisan mengenai enam bangunan berkelanjutan seperti dikutip dari situs resmi WEF.

Tulisan kedua bisa diklik di sini.

1. Kantor paling berkelanjutan di dunia

World Economic Forum The Edge dianggap sebagai gedung paling berkelanjutan di dunia lantaran mampu memproduksi lebih banyak energi dari yang seharusnya dikonsumsi.

Kantor pusat Deloitte di Amsterdam, Belanda yang bernama The Edge menunjukkan bagaimana desain gedung cerdas bisa memberikan fleksibilitas dan kenyamanan untuk penghuninya sambil mengurangi permintaan energi.

The Edge dianggap sebagai gedung paling berkelanjutan di dunia lantaran mampu memproduksi lebih banyak energi dari yang seharusnya dikonsumsi.

Gedung dengan multi-lantai, atrium kaca menghadap utara mampu mendapatkan banyak cahaya matahari.

Sementara tembok-tembok beton pada bagian fasad selatan menyerap panas dari cahaya matahari dan panel-panel surya mengubah panas tersebut menjadi energi.

Kendali satu jaringan dibuat untuk tiap sistem teknis di dalam gedung, termasuk sebuah jaringan dengan 10.000 sensor yang ditempatkan di seluruh bagian gedung.

Lift, sistem pencahayaan, dan sistem pendingin, serta mesin pembuat kopi, dispenser, dan bahkan robot penjaga yang beroperasi di dalam gedung setiap malam bisa dikendalikan dan diatur langsung dari pusat kontrol.

Dikombinasikan dengan pendekatan hot desk untuk bekerja, teknologi fleksibilitas bangunan membuat 1.100 ruang kerja di dalamnya dapat melayani lebih dari 2.500 staf.

2. Infrastruktur kesehatan lebih cerdas

World Economic Forum Ketika rampung pada 2017, Universitas Rumah Sakit New Karolinska Solna (NKS) di Stockholm, Swedia bakal memiliki lebih dari 12.000 ruangan, 35 ruang operasi, dan 17 unit scan MRI.

Ketika rampung pada 2017, Universitas Rumah Sakit New Karolinska Solna (NKS) di Stockholm, Swedia bakal memiliki lebih dari 12.000 ruangan, 35 ruang operasi, dan 17 unit scan MRI.

Selain itu, fasilitas kesehatan tersebut juga bakal menjadi proyek kemitraan publik privat (PPP) paling besar di dunia.

Kontrak pembangunan NKS membutuhka penggunaan teknologi Building Information Modelling (BIM) yang menyediakan sebuah sistem tunggal untuk desainer, kontraktor, dan manager fasilitas agar bisa saling berkolaborasi.

Semua informasi yang berhubungan dengan desain rumah sakit, konstruksi, dan inventaris semuanya tersimpan secara digital.

Lebih canggih lagi, data BIM akan memungkinkan fasilitas rumah sakit untuk dikelola secara komprehensif dan berfungsi sebagai peta untuk 29 peralatan otomatis yang dipandu dapat memberikan pasokan medis, cucian, dan barang-barang lainnya di sekitar lokasi.

NKS juga berteknologi iklim netral berkat adanya insulasi hemat energi, instalasi energi panas bumi, dan penggunaan limbah makanan sebagai biogas.

3. Fasilitas sosial yang dibangun lebih cepat dan terjangkau

Menciptakan perumahan murah dan infrastruktur sosial merupakan tantangan yang jamak ada di seluruh dunia.

Sebuah proyek untuk menciptakan gedung-gedung pengadilan yang sangat dibutuhkan di Tanzania telah menunjukkan jalan untuk menjawab tantangan tersebut.

Sistem konstruksi Moladi menggantikan proses pemasangan batu bata yang rumit dengan pendekatan mirip dengan injeksi cetakan.

Para pekerja menegakkan atau mendirikan kerangka bangunan dengan menggunakan panel plastik yang dapat digunakan kembali sehingga meninggalkan rongga dinding untuk diisi dengan mortar.

Proses pembangunan gedung peradilan tersebut bisa diawasi hanya oleh satu supervisor terkualifikasi yang mengatur para pekerja lokal dengan tanpa pengalaman konstruksi atau keterampilan sebelumnya.

Proyek pertama, yakni Pengadilan Distrik Kibaha telah dibangun senilai 250 dollar Amerika Serikat (AS) atau setara Rp 3,3 juta per meter persegi yang merupakan setengah dari harga jika menggunakan metode konvensional.

Dari waktu penyelesaian, cara terbaru ini hanya membutuhkan waktu enam bulan, sedangkan metode konvensional lebih lama lagi, yakni hingga tiga tahun.

Atas kesuksesannya ini, Pemerintah Tanzania telah berkomitmen untuk membangun 11 pengadilan lagi menggunakan metode baru ini.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com