Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

MRT Jakarta Bukan Hanya Soal Transportasi, Juga Gaya Hidup

Kompas.com - 27/01/2017, 08:14 WIB
Arimbi Ramadhiani

Penulis

JAKARTA, KompasProperti - Untuk mengurai kemacetan, dan mendorong masyarakat menggunakan layanan transportasi umum di Jakarta, pemerintah membangun Mass Rapid Transit (MRT)

Menurut Direktur Utama PT MRT Jakarta William P Sabandar, konsep pengembangan MRT berdasarkan pada 3 in one approach.

"Pertama, infrastruktur. Koridor Lebak Bulus-Hotel Indonesia itu diharapkan selesai Februari 2019," ujar William saat Economic Challenges: Transportation Outlook 2017, di Hotel Borobudur, Jakarta, Kamis (26/1/2017).

Pendekatan kedua, tutur William, adalah dengan memastikan bahwa operasi dan pemeliharaan kereta bisa sesuai standar internasional.

Saat ini, yang tengah dilakukan PT MRT Jakarta adalah benchmarking dengan operator MRT di dunia.

Ketika beroperasi, William ingin pastikan seluruh aspek kenyamanan dan keamanan bisa terpenuhi.

"Ketiga terkait peradaban adalah gaya hidup, kita membawa perubahan budaya," kata William.

KOMPAS.com / GARRY ANDREW LOTULUNG Aktivitas pekerja menyelesaikan pengerjaan proyek pengeboran terowongan untuk angkutan massal cepat (Mass Rapid Transit/MRT) di Stasiun Dukuh Atas, Jakarta Pusat, Kamis (24/11/2016). Pengerjaan proyek MRT fase pertama ini diperkirakan rampung pada tahun 2018.
Dengan beroperasinya 13 stasiun baru, akan mengubah gaya hidup sehari-hari 200.000 penumpang.

Di antaranya, ditunjukkan dari pembangunan kawasan transit yang beradab berdasarkan koordinasi antara Kementerian Perhubungan bersama Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR).

"Ini kan kultur. Hal paling sederhana adalah bagaimana transportasi modern fokus pada aspek keselamatan, misalnya membudayakan antre masuk-keluar stasiun," tutur William.

Aspek lainnya adalah integrasi. MRT tidak bisa bekerja sendirian, melainkan harus ada transportasi publik lainnya.

Menurut William, harus ada transportasi yang mengangkut penumpang di Lebak Bulus ke kawasan permukiman.

Aspek ini tidak lepas dari koordinasi antar-penyedia transportasi. Misalnya, ketika akan membangun satu kawasan Transit Oriented Development (TOD), dibutuhkan satu integrasi yang utuh.

Dengan demikian, pengguna dapat merasa nyaman saat berpindah dari satu tranportasi publik ke tranportasi publik lainnya.

"Kami maksimalkan pembangunan kawasan transit tadi agar dibangun kultur baru. Kultur ini adalah tidak melihat transportasinya tapi budaya dan sosial yang baru," imbuh William.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com